Buka WWF ke-10, Indonesia Dorong Peningkatan Kerja Sama Global

Buka WWF ke-10, Indonesia Dorong Peningkatan Kerja Sama Global

Oleh: Sony Wicaksana

World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali menjadi momentum penting bagi Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya dalam terus meningkatkan tata kelola air. Tema WWF ke-10, yakni Water Shared for Prosperity, menunjukan perhatian serius dunia global dalam manajemen isu air demi kepentingan masa depan air untuk kesejahteraan bersama. Indonesia sebagai tuan rumah juga memiliki peran dalam menawarkan sejumlah kerjasama strategis.

Forum Air Dunia 2024 dibuka dengan rangkaian acara Welcoming Gala Dinner bagi para delegasi WWF Ke-10, usai kegiatan Upacara Segara Kerthi pada 18 Mei 2024. Para delegasi dapat menikmati berbagai hidangan khas Indonesia. Yang disajikan dengan konsep warung-warung dan peserta juga dapat membeli suvenir khas Indonesia untuk dibawa pulang. Welcoming Gala Dinner dilaksanakan di GWK Cultural Park pada 19 Mei 2024.

Air menjadi isu penting yang mempengaruhi kualitas kehidupan makhluk hidup pada masa kini dan mendatang, sehingga ketersediaannya harus dipastikan berkelanjutan sebagai kunci kesejahteraan dan kelestarian bumi. Bagi Indonesia khususnya, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, sudah barang tentu isu tata kelola air memiliki tantangan tersendiri dalam manajemen air, mulai dari perlindungan sumber daya alam hingga penanggulangan bencana alam terkait air.

Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah mengungkapkan bahwa Indonesia menawarkan sejumlah proyek strategis senilai 9,6 miliar dollar AS atau Rp 154 triliun. Beberapa proyek tersebut diseleksi oleh Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Sebanyak 244 sesi dalam forum WWF diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil atau Integrated Water Resources Management (IWRM) on Small Islands, pembentukan pusat keunggulan atau praktik terbaik untuk ketahanan air dan iklim atau Centre of Excellence on Water and Climate Resilience (COE), serta penetapan Hari Danau Sedunia.
Dalam konteks ini, menjadi jelas bahwa peran strategis Indonesia di World Water Forum tidak hanya sebagai tuan rumah, tetapi juga sebagai pembelajar yang aktif dan pemimpin dalam inisiatif global dalam menjaga keberlanjutan air bagi kesejahteraan bersama.
Peran strategis Indonesia juga mencakup upaya dalam memperluas akses air bersih dan sanitasi bagi semua lapisan masyarakat. Dengan populasi yang terus bertumbuh dan urbanisasi yang pesat, tantangan ini menjadi semakin mendesak, dan Indonesia telah menunjukkan komitmen dan langkah kongkrit untuk mengatasi ketimpangan akses terhadap air bersih dan sanitasi melalui kebij dan program yang berkelanjutan.
Dengan demikian, World Water Forum ke-10 di Bali tidak hanya menjadi forum diskusi, tetapi juga momentum untuk Indonesia untuk menegaskan peran strategisnya dalam mendorong air untuk kesejahteraan bersama. Melalui kolaborasi lintas sektor, peningkatan akses air bersih, dan advokasi global, Indonesia terus berkomitmen untuk menjadi pemimpin dalam menjaga sumber daya air yang sangat penting bagi keberlanjutan dan kesejahteraan bersama di dunia ini.
Secara lebih spesifik peran tersebut terlihat dari beragam kebij dalam pengelolaan sumber daya air. Melalui kebijakan dan regulasi yang berkelanjutan, pemerintah Indonesia telah menciptakan kerangka kerja yang memungkinkan pengelolaan air yang efisien dan berkelanjutan. Ini meliputi pengaturan izin penggunaan air, pengawasan terhadap pencemaran air, dan perlindungan ekosistem air.
Sebagai bentuk kolaborasi, pemerintah Indonesia telah menggandeng sektor swasta dalam pengembangan infrastruktur air, seperti pembangunan sumber air bersih, instalasi pengolahan air limbah, dan investasi dalam teknologi yang mengoptimalkan penggunaan air.
Senada dengan hal tersebut, Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Firdaus Ali mengatakan, beberapa kesepakatan penting tersebut seperti kerja sama bilateral maupun multilateral bernilai triliunan rupiah. Indonesia selaku tuan rumah tidak hanya bertekad menyukseskan WWF ke-10, tapi juga mendorong output dan outcome bisa dieksekusi oleh negara-negara di dunia pada level proyek dan aksi nyata di lapangan. Menurutnya, WWF bukan sekadar kegiatan seremoni, melainkan pertemuan yang membicarakan realita di lapangan sehingga butuh langkah konkret.
Dalam forum kerja sama internasional, pemerintah Indonesia terus mengembangkan jalinan kemitraan dengan organisasi internasional seperti PBB, Bank Dunia, dan lainnya untuk memastikan dukungan teknis, sumber daya finansial, dan akses ke best practices dalam pengelolaan air.
Upaya mengandeng masyarakat sipil dalam terus menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat sipil guna perbaikan tata kelola air, pemerintah Indonesia terus memastikan bahwa kepentingan dan kebutuhan masyarakat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terkait air.
Organisasi non-pemerintah, LSM, dan kelompok advokasi lingkungan berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan, serta memobilisasi dukungan untuk inisiatif lokal dalam perlindungan sumber daya air.
Disamping berbagai ancaman lainnya yang membutuhkan kolaborasi dari para pemangku kepentingan untuk mencarikan solusinya mulai dari eksploitasi berlebihan, pencemaran, dan perubahan pola curah hujan akibat perubahan iklim. Berbagai fenomena tersebut berdampak pada ketersediaan air bersih sekaligus memicu terjadinya bencana alam seperti kekeringan, banjir, dan tanah longsor.
Yang lebih penting melalui forum ini adalah dapat menghasilkan komitmen dunia global untuk berkolaborasi menjaga air sebagai sumber kehidupan untuk kesejahteraan alam dan kelestarian bumi, yang diikuti dengan langkah nyata untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.

)* Pengamat Lingkungan dari IPB

Post Comment