Fundamental Ekonomi Makin Kuat, Provokasi “Indonesia Gelap” Hanya Ilusi
Fundamental Ekonomi Makin Kuat, Provokasi “Indonesia Gelap” Hanya Ilusi
Oleh : Laras Mulyani
Narasi kelam tentang kondisi ekonomi Indonesia yang disebut berada di ambang krisis kembali mencuat ke ruang publik. Sayangnya, narasi ini jauh dari kenyataan. Fakta-fakta objektif menunjukkan bahwa ekonomi nasional justru berada dalam posisi stabil dan prospektif. Segala upaya provokatif yang mencoba membingkai Indonesia sebagai negara yang terpuruk hanyalah ilusi yang tidak sejalan dengan indikator ekonomi yang terang benderang. Pemerintah justru berhasil menjaga momentum pertumbuhan, mengendalikan inflasi, dan memperkuat ketahanan nasional di tengah tekanan global.
Salah satu indikator utama yang membuktikan kekuatan ekonomi nasional adalah posisi cadangan devisa. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan cadangan devisa Indonesia mencapai lebih dari USD 156 miliar. Angka ini cukup untuk membiayai tujuh bulan impor dan membayar seluruh utang luar negeri jangka pendek. Selain itu, kebijakan pemerintah yang mewajibkan penyimpanan devisa hasil ekspor di dalam negeri terbukti efektif memperkuat nilai tukar rupiah dan menopang stabilitas moneter.
Lebih lanjut, Airlangga menekankan bahwa fluktuasi rupiah yang terjadi belakangan ini masih dalam batas wajar sebagai bagian dari dinamika pasar global. Pemerintah dan Bank Indonesia juga telah merespons secara tepat dengan intervensi yang terukur, sehingga fluktuasi tidak berdampak sistemik. Di tengah tekanan eksternal seperti suku bunga global yang tinggi dan gejolak geopolitik, Indonesia mampu menjaga stabilitas nilai tukar serta mempertahankan kepercayaan pelaku pasar internasional.
Narasi “Indonesia gelap” jelas tidak memiliki pijakan empirik. Provokasi semacam itu tidak hanya menyesatkan, tetapi juga berbahaya bagi stabilitas sosial dan psikologi publik. Airlangga mengingatkan bahwa masyarakat tidak perlu terpengaruh oleh opini yang tidak berbasis data. Pemerintah memiliki komitmen kuat dalam menjaga kestabilan ekonomi nasional, dan seluruh indikator utama membuktikan bahwa arah kebijakan selama ini sudah tepat.
Stabilitas inflasi menjadi prestasi lain yang patut diapresiasi. Selama awal 2024 hingga menjelang Lebaran 2025, inflasi tetap terjaga dalam kisaran target, bahkan sempat mencatatkan deflasi. Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa capaian ini membuktikan efektivitas kebijakan fiskal dan moneter yang diambil oleh pemerintah serta sinergi yang kuat dengan otoritas moneter. Ini sekaligus menampik narasi yang menyebut daya beli masyarakat melemah, karena justru konsumsi domestik tetap menjadi motor pertumbuhan utama.
Di sektor keuangan, fondasi ekonomi Indonesia kian solid. Rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah, berada pada angka 2,08%. Menurut Josua, hal ini menunjukkan bahwa sektor perbankan nasional berada dalam kondisi sangat sehat. Tidak ada tanda-tanda krisis likuiditas maupun gangguan sistemik yang bisa mengarah pada instabilitas ekonomi. Justru sebaliknya, kinerja perbankan terus tumbuh dengan penyaluran kredit yang ekspansif dan sehat.
Daya tahan ekonomi nasional juga tercermin dari penurunan rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB). Ini menunjukkan kemampuan pemerintah dalam mengelola pembiayaan secara hati-hati dan berkelanjutan. Josua menegaskan bahwa dengan struktur utang yang didominasi jangka panjang dan berbunga rendah, Indonesia berada pada jalur fiskal yang aman dan terkendali.
Penting untuk memahami bahwa narasi pesimistis kerap dimunculkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, seringkali dengan tujuan politik atau kepentingan tertentu. Namun, publik sudah semakin cerdas dalam memilah informasi. Fakta-fakta objektif dan transparansi data dari pemerintah menjadi benteng utama melawan disinformasi dan agitasi.
Kekuatan ekonomi Indonesia juga tercermin dalam terus meningkatnya arus investasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Reformasi struktural yang dilakukan dalam bentuk hilirisasi industri, digitalisasi, dan pembangunan infrastruktur berhasil meningkatkan daya saing nasional. Kepercayaan investor internasional terhadap Indonesia bahkan terus tumbuh, terlihat dari peringkat utang yang stabil dalam kategori layak investasi oleh lembaga pemeringkat global.
Kondisi ini membuktikan bahwa pemerintah tidak hanya mampu menjaga stabilitas, tetapi juga terus melakukan transformasi ekonomi secara berkelanjutan. Pembangunan kawasan industri berbasis energi hijau, dukungan terhadap UMKM, serta peningkatan konektivitas antarwilayah menjadi tulang punggung pertumbuhan jangka panjang yang inklusif. Semua ini mempertegas bahwa Indonesia sedang bergerak maju, bukan menuju kegelapan.
Oleh karena itu, narasi “Indonesia gelap” sudah selayaknya disingkirkan dari ruang publik. Bukan hanya karena tidak berdasar, tetapi karena bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Indonesia saat ini justru menjadi contoh negara berkembang yang berhasil mempertahankan kestabilan di tengah tantangan global yang berat. Ketika dunia dilanda ketidakpastian, Indonesia mampu berdiri tegak dengan pijakan ekonomi yang solid.
Fakta-fakta tersebut seharusnya menjadi bahan refleksi bersama. Alih-alih menyebar provokasi, sudah saatnya seluruh elemen masyarakat mendukung kerja keras pemerintah dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Indonesia tidak sedang gelap. Indonesia justru terang dan bergerak maju menuju masa depan yang lebih sejahtera dan berdaya saing.
)* Penulis merupakan Praktisi Ekonomi-Politik
Post Comment