Ganjar Pranowo Mendapat Dukungan Penuh Masyarakat Bali

Ganjar Pranowo Mendapat Dukungan Penuh Masyarakat Bali

Oleh : Putu Raditya

Ganjar Pranowo merupakan sosok dan figur pemimpin yang sangat memiliki kepedulian besar kepada nilai-nilai kebudayaan bangsa, termasuk juga dirinya terus bertekad untuk menjaga adanya semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang sudah digagas oleh para pendiri bangsa sejak dulu.

Diketahui bahwa Calon Presiden (Capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hadir secara langsung di Pulau Dewata, Bali. Kehadirannya kemudian langsung disambut dengan sangat meriah oleh banyak pihak, termasuk puluhan ribu masyarakat setempat dan juga berbagai Kepala Daerah di sana.

Dalam salah satu kesempatan, dirinya yang juga didampingi oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster kemudian melakukan sebuah penandatanganan nota kesepahaman Memorandum of Understanding (MoU) terkait dengan penjalinan kerja sama budaya yang terjadi antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali.

Bukan tanpa alasan, adanya penandatanganan itu dilakukan karena bertujuan untuk bisa semakin melestarikan berbagai macam nilai kebudayaan yang berada di Tanah Jawa dan juga di Tanah Bali, khususnya agar nilai-nilai budaya tersebut mampu untuk terus melekat di kehidupan sehari-hari warga masyarakat, termasuk juga sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.

Menurut Gubernur Bali, adanya penandatanganan kerja sama yang dia lakukan dengan pemimpin yang identik dengan rambut putih tersebut, yakni bertujuan untuk bisa kembali membangkitkan adanya hubungan baik antara Jawa dengan Bali, yang mana sebenarnya hubungan tersebut sudah terjalin sejak ribuan tahun yang lalu.
Tentunya, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa memang hubungan kultural yang terjadi antara Jawa dengan Bali sendiri bahkan bisa terlihat dari adanya kemiripan pada aksara Jawa, yang mana terdiri sebanyak 20 huruf dan dikenal oleh masyarakat dengan istilah Honocoroko, kemudian terdapat pula aksara Bali yang terdiri dari 18 huruf dan dikenal dengan nama Hanacaraka.
Tidak hanya sampai di sana saja, namun terdapat beberapa kemiripan lain yang berada pada kebudayaan 2 (dua) wilayah itu, yakni terlihat pada bagaimana wayang di Jawa dan juga wayang di Bali dengan banyak kemiripan filosofi yang dimiliki keduanya.
Sebagai informasi, bahwa hubungan kultural yang terjadi antara Tanah Jawa dengan Tanah Bali sendiri memang telah terjalin sejak jaman Kerajaan Majapahit dulu. Pada waktu itu, sebagian diantara orang Bali merupakan keturunan dari Jawa, yang kemudian berpindah domisili ke Pulau Dewata dengan terus membawa budaya mereka dan juga terus mengembangkan kontribusi terhadap peradaban serta kehidupan bagi masyarakat di Bali.
Dengan adanya kedekatan budaya yang memang sudah terjalin sejak ribuan tahun lalu tersebut, maka sudah barang tentu sebagai generasi penerus bangsa, mmapu untuk terus menjaga, merawat dan juga mengawal agar nilai-nilai budaya itu sama sekali tidak sampai tergerus adanya arus perkembangan zaman yang memang sangat dinamis seperti sekarang ini.
Pasalnya, apabila nilai-nilai kebudayaan sudah luntur dan bahkan punah dari masyarakatnya sendiri, tentu juga akan sangat berdampak bagi sendi-sendi kehidupan di masyarakat sendiri. Untuk itu, dalam konteks untuk terus menjaga agar sendi-sendi nilai di masyarakat tetap kokoh dan kuat, diperlukan adanya langkah yang strategis untuk terus merajut kembali adanya hubungan budaya yang terjadi antara Jawa dan Bali agar mampu bangkit kembali, terlebih juga bisa terus memperkokoh adanya semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah gagasan yang diberikan oleh para pendiri bangsa, yang mana mereka menyadari bahwa memang Indonesia sendiri terdiri dari beragam sekali latar belakang kebudayaan yang slaing berbeda dan beragam satu sama lain. Sehingga, dibutuhkan sebuah semboyan yang sangat kuat untuk bisa menyatukan perbedaan tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kemudian mengaku bahwa memang para pendiri bangsa pernah menyampaikan bahwa seluruh pihak harus memiliki kekuatan untuk bisa terus menjaga kebudayaan bangsa dan juga sekaligus mampu mengembangkannya.
Kebudayaan bukan hanya sekedar untuk diingat dan dirayakan secara momentum tertentu saja, melainkan terus dikembangkan dan dicintai. Karena itu juga sebagai salah satu upaya untuk bisa meminimalisasi adanya potensi tekanan kekuatan oleh bangsa luar yang mungkin perlahan-lahan menggerus bangsa ini.
Selain itu, Ganjar kemudian memuji bagaimana adanya ketahanan budaya yang sampai saat ini terus mampu dipertahankan oleh Bali dan menyebutnya sebagai benteng budaya. Hal tersebut sebenarnya juga upaya yang sama dan terus dilakukannya di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng), khususnya di Solo yang terus menjadi episentrum budaya dan dipertahankan di era kepemimpinan kader PDI Perjuangan tersebut.
Kepedulian akan budaya bangsa Indonesia dan juga bagaimana caranya terus merawat serta mengembangkan kebudayaan agar tidak tergerus di tengah perkembangan zaman yang sangat dinamis memang menjadi sebuah tantangan tersendiri. Terlebih, bagaimana pula upaya untuk terus mempertahankan kesatuan dan persatuan di Tanah Air dengan menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Seluruh hal tersebut telah terdapat dalam diri dan sosok dari figur pemimpin masa depan Indonesia, yakni Ganjar Pranowo yang dengan sekuat tenaga terus berupaya untuk mempertahankan nilai-nilai kebudayaan bangsa.

) * Penulis adalah kontributor Lingkar Khatulistiwa

Post Comment