Indonesia Hadapi Trump dengan Strategi dan Ketegasan Diplomasi

Indonesia Hadapi Trump dengan Strategi dan Ketegasan Diplomasi

Oleh : Tari Nurhaliza

Dunia tengah menghadapi babak baru dalam dinamika perdagangan internasional. Donald Trump, yang kembali mencuat ke panggung politik Amerika Serikat, menggaungkan kebijakan tarif resiprokal (timbal balik) yang berpotensi berdampak pada banyak negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Namun, di tengah ketidakpastian itu, Indonesia menunjukkan sikap yang tenang, rasional, dan dewasa. Alih-alih melawan dengan emosi, Indonesia memilih jalan dialog dan kerja sama sebagai cerminan karakter bangsa yang matang dan menjunjung tinggi persatuan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan pemerintah tetap fokus pada diplomasi dan negosiasi sebagai fondasi utama merespons tekanan tersebut. Pilihan ini bukan hanya soal kebijakan ekonomi, melainkan bentuk komitmen Indonesia dalam menjaga relasi jangka panjang yang sehat dan berimbang. Menghindari gesekan yang tidak perlu justru membuka peluang untuk memperkuat stabilitas ekonomi nasional secara menyeluruh.

Bukan tanpa persiapan, respons Indonesia dijalankan dengan kerja terkoordinasi lintas kementerian dan lembaga. Airlangga menekankan pentingnya suara pelaku usaha dalam penyusunan strategi nasional. Di sinilah semangat gotong royong muncul dalam bentuk kebijakan: pemerintah dan dunia usaha duduk bersama untuk memastikan bahwa langkah yang diambil benar-benar menjawab kebutuhan nyata, khususnya bagi sektor padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja.

Sebagai bagian dari transparansi dan keterbukaan, forum-forum sosialisasi tengah dipersiapkan agar pelaku industri ekspor dapat menyampaikan pandangannya. Airlangga memastikan bahwa semua proses berjalan sesuai tenggat yang ditetapkan, sehingga respons Indonesia tidak hanya tepat sasaran tetapi juga tepat waktu. Pendekatan inklusif seperti ini memperkuat rasa memiliki dari seluruh pemangku kepentingan terhadap arah kebijakan nasional.

Lebih dari itu, pemerintah juga melihat peluang di balik tantangan. Menurut Airlangga, perluasan pasar ekspor ke kawasan Eropa dan negara-negara mitra baru menjadi bagian dari strategi besar membangun posisi Indonesia di kancah global. Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh lebih luas dan kuat melalui diversifikasi yang bijak dan terukur.

Di sisi lain, Deputi Bidang Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan, Noudhy Valdryno, menyampaikan Indonesia tidak akan terbawa arus polarisasi geopolitik. Prinsip non-blok dan diplomasi aktif tetap menjadi pegangan utama. Melalui forum-forum internasional, baik bilateral maupun multilateral, Indonesia terus membawa semangat dialog yang menyatukan, bukan memecah.

Menurut Noudhy, tekanan global seperti ini justru mendorong pembaruan dari dalam. Reformasi struktural dipercepat, penggunaan produk lokal ditingkatkan, dan pasar domestik diperkuat. Dalam setiap tantangan selalu ada peluang untuk memperbaiki, dan Indonesia telah membuktikan mampu mengubah tekanan menjadi pemicu transformasi ekonomi yang lebih tangguh.

Yang tidak kalah penting adalah kerja sama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Persatuan bangsa tidak hanya lahir dari semangat kebangsaan, tetapi juga dari kerja nyata yang saling mendukung dan menguatkan. Inilah yang membuat Indonesia tetap kokoh sebagai jangkar stabilitas di kawasan, meski dunia tengah menghadapi ketidakpastian.

Akademisi dari Universitas Indonesia Dr. Diding S. Anwar melihat langkah Indonesia sebagai bukti kedewasaan diplomasi. Tidak banyak negara yang mampu menahan diri dalam situasi seperti ini. Keputusan untuk tidak bersikap konfrontatif justru menunjukkan jati diri Indonesia sebagai negara yang besar dalam berpikir dan bijaksana dalam bertindak.

Lebih jauh, Diding menilai langkah diversifikasi ekspor ke kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika sebagai manuver cerdas yang memperluas jangkauan Indonesia di dunia perdagangan global. Strategi ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya bergantung pada satu arah, tetapi membuka banyak pintu baru untuk tumbuh bersama mitra dagang yang beragam.

Menurutnya, sikap menahan diri dalam menghadapi provokasi ekonomi internasional merupakan wujud dari arah pembangunan yang konsisten dan berkelanjutan. Di balik itu ada visi besar: membangun negeri dengan stabilitas, martabat, dan daya saing yang kuat.

Sementara itu, dari sisi moneter, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menegaskan Bank Indonesia terus siaga dalam menjaga stabilitas rupiah dan kondisi keuangan nasional. Ketika pasar global bergejolak, respons cepat dan terukur melalui langkah triple intervention menjadi bentuk komitmen nyata terhadap kestabilan makroekonomi.

Ramdan menjelaskan bahwa stabilitas sistem keuangan tetap menjadi prioritas utama. Ketika fundamental ekonomi dijaga dengan baik, maka kepercayaan publik dan pelaku usaha pun terjaga. Hal ini menciptakan iklim investasi dan pertumbuhan yang positif, bahkan di tengah tekanan global.

Sebagai penutup, Ramdan menegaskan bahwa seluruh kebijakan moneter yang diambil sejalan dengan arah kebijakan pemerintah. Harmoni antara fiskal dan moneter menjadi kekuatan utama Indonesia dalam merespons dinamika perdagangan dunia. Ke depan, koordinasi yang solid ini akan terus menjadi fondasi dalam menjaga keberlanjutan pembangunan nasional.

Dalam banyak hal, tantangan global justru menjadi momen untuk menguatkan fondasi. Respons Indonesia terhadap kebijakan tarif dari Amerika Serikat adalah cerminan dari persatuan, keteguhan, dan arah kebijakan yang berpijak pada nilai kebangsaan. Di tengah guncangan, Indonesia tidak terombang-ambing. Justru semakin yakin melangkah, dalam semangat satu bangsa, satu tanah air, dan satu tujuan bersama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

)* Penulis merupakan Praktisi Isu Strategis

Post Comment