Jelang Pemilu 2024, Pemerintah Komitmen Tingkatkan Pengamanan Siber dari Radikalisme
Jelang Pemilu 2024, Pemerintah Komitmen Tingkatkan Pengamanan Siber dari Radikalisme
Oleh : Barra Dwi Rajendra
Menjelang Pemilu 2024 pengamanan makin diperketat, terutama di dunia maya. Pengamanan siber ditingkatkan karena ada potensi serangan dari kelompok radikal, berupa propaganda, hoaks, dan ujaran kebencian. Radikalisme wajib diberantas karena berpotensi menggagalkan Pemilu.
Kelompok radikal adalah kumpulan orang yang ingin mendirikan negara sendiri dengan sistem khilafah. Mereka membenci pemerintah dan ingin mengubah Indonesia. Padahal sejak tahun 1945 negeri ini berazas demokrasi dan tidak bisa diganti begitu saja menjadi khilafah. Oleh karena itu radikalisme wajib dihapuskan agar Indonesia tetap aman.
Selama ini serangan dari kelompok radikal berupa pengeboman dan penembakan. Pemerintah mengantisipasi serangan dari kelompok radikal karena mereka sudah menggeser lokasi penyerangan, yakni di dunia maya. Apalagi masyarakat Indonesia merupakan pengguna internet aktif (masuk dalam 5 besar sedunia).
Oleh karena itu tim polisi siber terus memberantas radikalisme, untuk mengamankan Indonesia sekaligus melancarkan Pemilu. Penyebabnya karena jelang Pemilu 2024 sangat rawan akan serangan dari kelompok radikal dan teroris yang berupa hoaks, hate speech, dan propaganda.
Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Moeldoko, bahwa radikalisme dan politik identitas potensial terjadi dan jadi ancaman selama pemilu 2024. Melihat potensi yang meningkat, menurutnya penting untuk meningkatkan kesadaran warga bangsa terhadap radikalisme. Pemerintah telah memiliki standar dan ukuran yang jelas dalam mengidentifikasi kelompok-kelompok yang berpaham radikal.
Sementara pengamat terorisme Suhardi Alius menyebutkan bahwa sejak tahun 2010 aksi-aksi terorisme di dunia selalu memanfaatkan media sebagai alat propaganda dan perekrutan anggota. Internet menjadi salah satu media penting dalam menyebarluaskan paham radikalisme dan terorisme. Selain menjadi kekuatan, internet juga menjadi ancaman dalam penyebaran hoaks, penipuan, dan isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan).
Fenomena ini telah diamati oleh para peneliti, memperlihatkan adanya tranformasi aksi-aksi radikalisme dan terorisme dari waktu ke waktu, dari cara yang konvensional ke menggunakan media baru (new media), hal ini memunculkan istilah siber terorisme.
Saat ini, dunia maya bukan sekadar sebuah platform internet, melainkan sebuah meta realitas, yaitu realitas baru di mana setiap orang menggantungkan seluruh aktivitasnya. Dalam dunia meta realitas tersebutlah, kelompok radikal menyebarkan pesan dan propaganda, hoaks dan ujaran kebencian. Mereka juga memanfaatkan dunia maya untuk memprovokasi masyarakat untuk membenci program pemerintah, termasuk Pemilu.
Oleh karena itu pemerintah terus berkomitmen untuk mengantisipasi serangan kelompok radikal di dunia maya, yang makin intens jelang masa kampanye dimulai. Lementerian Komunikasi dan Informatika akan menjaga ruang digital agar Pemilihan Umum Serentak 2024 berlangsung dengan bersih dari berbagai informasi hoaks dan radikalisme.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyatakan pihaknya saat ini sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk melakukan langkah pencegahan dan penanganan hoaks dan disinformasi, dia dunia maya. Ia juga akan diskusi dengan banyak pihak untuk mendiskusikan mana yang hoaks, mana yang mengandung narasi-narasi radikalisme.
Budi Arie menambahkan, Keminfo berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mencegah penyebaran konten radikalisme menjelang Pemilu 2024. Konten itu akan diblokir sehingga tak akan merusak perdamaian di dunia maya dan Pemilu dipastikan aman dari gangguan siber.
Esensi pelaksanaan pemilu adalah menyatukan sesama anak bangsa dan memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas demokrasi. Oleh karena itu, semua pihak memiliki peran untuk menjaga ruang digital yang aman dan sehat.
Pemerintah telah melakukan upaya untuk mengantisipasi serangan dari kelompok radikal dan teroris di dunia maya. Diharap dengan pemblokiran konten-konten radikal akan membuat masyarakat terhindar dari radikalisme dan mengamankan Pemilu 2024.
Sementara itu, masyarakat diminta untuk lebih waspada dan jangan terlalu percaya berita yang bombastis judulnya. Bisa jadi itu hanya hoaks. Mereka wajib mengecek kebenarannya dan jangan terkecoh.
Untuk itu maka diperlukan kecerdasan literasi di dunia maya. Penyebabnya karena teror yang diluncurkan oleh kelompok radikal mulai beralih ke media sosial. Mereka diharap untuk teliti dan jangan asal share foto atau berita karena ada potensi hoaks. Masyarakat harus menyimaknya baik-baik dan jangan mudah percaya.
Masyarakat juga berupaya mencegah terorisme dan radikalisme di dunia maya. Mereka ingin agar Pemilu 2024 berhasil dan tidak mau ada teror yang bisa menggagalkan Pemilu. Gelaran akbar ini harus sukses agar kehidupan warga Indonesia makin baik.
Pemerintah berkomitmen kuat untuk menyukseskan Pemilu 2024. Salah satunya dengan meningkatkan pengamanan di dunia maya. Konten-konten radikal akan diblokir sehingga tidak akan meracuni pikiran masyarakat dan mereka tak akan melakukan golput saat Pemilu. Sementara masyarakat juga bekerja sama dengan meningkatkan literasi berinternet, sehingga tidak asal share dan tidak terpengaruh oleh berita hoaks dan propaganda.
)* Kontributor Angkasa Media Sat
Post Comment