Keketuaan Indonesia dalam KTT ASEAN Dorong Perdamaian dan Stabilitas

Keketuaan Indonesia dalam KTT ASEAN Dorong Perdamaian dan Stabilitas

Oleh : Wina Arifah

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) sebagai sebuah organisasi regional terdiri dari 11 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, dan Timor Leste.

Organisasi ini didirikan pada tahun 1967 untuk meningkatkan kerjasama ekonomi, politik, sosial, dan budaya antara negara-negara anggotanya. Sebagai salah satu negara pendiri dan anggota terbesar ASEAN, Indonesia telah memainkan peran penting dalam mendorong perdamaian dan stabilitas di kawasan ini apalagi tahun ini Indonesia kembali memainkan perannya melalui kepemimpinannya sebagai tuan rumah KTT ASEAN.

Sejak pertama kali menjadi Ketua ASEAN pada tahun 1976, Indonesia telah aktif dalam mempromosikan kerjasama regional dan perdamaian di Asia Tenggara. Sebagai negara yang besar dan berpengaruh di kawasan ini, Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga stabilitas dan keamanan di wilayah ini. Hal ini tercermin dalam berbagai upaya diplomasi dan kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dalam forum ASEAN.

Salah satu upaya terpenting yang dilakukan Indonesia dalam mendorong perdamaian dan stabilitas di ASEAN adalah dengan mempromosikan dialog dan kerjasama antara negara-negara anggota. Indonesia telah aktif dalam menginisiasi dialog antara negara-negara yang memiliki konflik dan mencari solusi damai untuk masalah yang ada.

Misalnya, dalam kasus konflik antara Kamboja dan Thailand pada tahun 2011, Indonesia berhasil memediasi konflik tersebut dan membantu mencapai kesepakatan damai antara kedua negara.

Selain itu, Indonesia juga telah berperan dalam mengembangkan mekanisme kerjasama regional untuk memperkuat stabilitas dan keamanan di ASEAN. Misalnya, Indonesia telah memainkan peran penting dalam pembentukan Zona Perdamaian dan Kerjasama di Asia Tenggara (ZOPFAN) pada tahun 1971 dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa ASEAN (AMM) pada tahun 1976.

Kedua mekanisme ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara negara-negara anggota ASEAN dan mempromosikan perdamaian dan stabilitas di wilayah ini.

Selama ini, Indonesia juga telah aktif dalam mempromosikan kerjasama regional dalam bidang keamanan dan pertahanan. Indonesia telah memimpin inisiatif untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang pertahanan antara negara-negara anggota ASEAN, termasuk melalui pembentukan Forum Keamanan Regional ASEAN (ARF) pada tahun 1994 dan Langkah Konkret untuk Meningkatkan Kerjasama Pertahanan ASEAN (ACDM) pada tahun 2006.

Kini, sekian kalinya Indonesia kembali terpilih dalam keketuaan KTT ASEAN dengan tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” yang bermakna bahwa Indonesia ingin menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masyarakat ASEAN dan dunia. Hal ini karena, Indonesia ingin membawa ASEAN menjadi kawasan yang memiliki peran penting, bagi negara kawasan dan dunia. Baik berperan sentral sebagai motor perdamaian maupun kesejahteraan kawasan. Selain itu, Indonesia ingin meningkatkan peran ASEAN sebagai kawasan signifikan yang memberikan kontribusi bagi kesejahteraan kawasan dan dunia.

Di sisi lain, momen menjadi tuan rumah acara semacam ini juga memberi Indonesia kesempatan unik untuk memamerkan budaya dan pencapaian ekonominya. Indonesia dapat menggunakan acara ini sebagai platform untuk mempromosikan industri pariwisata negara yang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini diharapkan dapat menjadi platform penting bagi Indonesia untuk menampilkan kekuatan dan kemampuannya di panggung internasional, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di ASEAN.

Selanjutnya, KTT ini akan memberikan kesempatan bagi negara-negara anggota untuk mengembangkan visi dan strategi bersama untuk mencapai stabilitas, kemakmuran, dan pertumbuhan di Asia Tenggara, serta mempromosikan kerja sama antar negara. Selain itu, KTT akan memungkinkan negara-negara anggota ASEAN untuk membahas dan mengatasi tantangan bersama yang dihadapi oleh kawasan seperti perubahan iklim, keamanan, ketidaksetaraan ekonomi, dan ketegangan geopolitik.

Indonesia memandang ASEAN sebagai pemain sentral dalam mempromosikan perdamaian dan kemakmuran kawasan sekaligus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi bagi kawasan dan dunia. Untuk mencapai hal tersebut, telah ditetapkan tiga pilar prioritas ekonomi, yaitu: Recover-Rebuilding, Digital Economy, dan Sustainability.

Pilar Recover-Rebuilding bertujuan untuk menggali ragam kebijakan yang terencana dan terkomunikasikan dengan baik guna memastikan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi sambil memitigasi risiko seperti inflasi dan volatilitas arus modal.

Pilar Ekonomi Digital fokus pada penguatan inklusi dan literasi keuangan melalui peningkatan kapasitas setiap anggota untuk merumuskan strategi edukasi keuangan nasional dan meningkatkan interkonektivitas sistem pembayaran regional.

Terakhir, pilar Keberlanjutan (Sustainability) bertujuan untuk mempersiapkan dan bergerak menuju transisi ekonomi hijau, terutama mengingat kerentanan kawasan ASEAN terhadap bencana alam dan risiko iklim. Hal ini termasuk inisiatif seperti ASEAN Taxonomy on Sustainable Finance dan Study on the Role of Central Banks in Managing Climate and Environment-Related Risk.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Prof. Dr Nunung Nuryartono sempat menyatakan optimistis Pemerintah akan sukses menyelenggarakan Konferesi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada 9-11 Mei 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur yang penyelenggaraannya akan berdampak secara ekonomi.

Sebagaimana secara keseluruhan 8% penduduk dunia populasi negara Asean, menurut Prof Nunung menjadi suatu market yang menarik bagi produk- produk yang dihasilkan dan mendorong perekonomian dunia.

Sambil terus mengeksplorasi dan mendiskusikan Keketuaan ASEAN 2023, mari kita tunjukkan dukungan kita terhadap keberhasilan Indonesia dalam memimpin komunitas ASEAN menuju perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran yang lebih besar.

)* Penulis adalah pemerhati ekonomi

Post Comment