Kekuatan KST Papua Semakin Lemah
Kekuatan KST Papua Semakin Lemah
Oleh : Loa Murib
Papua, sebuah tanah yang kaya akan keindahan alamnya, namun juga sering kali menjadi saksi dari ketegangan dan kekerasan yang dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua. Namun, dalam sebuah kejadian terbaru di Maybrat, kekuatan KST Papua tampaknya semakin melemah, terbukti dari upaya gagal mereka dalam melancarkan serangan terhadap pasukan elite TNI.
Pasukan TNI Satgas Batalyon Infanteri 133/Yudha Sakti (Yonif 133/YS) berhasil menggagalkan aksi teror dan penyerangan yang dilakukan oleh KST Papua terhadap pekerja proyek pembangunan puskesmas di Kampung Ayata, Distrik Aifat Timur Tengah, Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya. Kronologi kejadian ini menunjukkan bahwa keberanian dan ketangguhan pasukan keamanan telah memaksa KST Papua untuk melarikan diri ke dalam hutan setelah adu tembak yang berlangsung selama beberapa waktu.
Letkol (Inf) Andhika Ganessakti, Dansatgas Yonif 133/YS, menjelaskan bahwa aksi teror yang dilakukan oleh KST Papua telah terjadi selama tiga hari berturut-turut sebelum mencapai puncaknya dalam kontak tembak dengan pasukan patroli. Tim patroli berhasil menggagalkan niat jahat KST Papua, membuat mereka terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan diri ke dalam hutan.
Keberhasilan pasukan elite TNI dalam menghadapi ancaman ini menjadi bukti konkret bahwa kekuatan KST Papua semakin tergerus. Meskipun mereka tetap aktif dalam upaya mengganggu keamanan masyarakat dan pembangunan infrastruktur di wilayah Maybrat, namun upaya-upaya ini semakin sulit dilakukan karena kehadiran dan kewaspadaan pasukan keamanan yang intensif.
Pada saat yang sama, perlu dicatat bahwa tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam insiden tersebut, baik dari pihak pasukan satgas maupun dari masyarakat setempat. Ini menunjukkan bahwa upaya pasukan keamanan untuk melindungi warga sipil dan memastikan keselamatan mereka telah berhasil.
Letkol Andhika juga mengimbau agar masyarakat dan pekerja proyek pembangunan puskesmas di Kampung Ayata tetap waspada dan melaporkan setiap kejadian mencurigakan kepada pihak berwenang. Dengan kerjasama antara masyarakat dan aparat keamanan, diharapkan keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan.
Selain itu, Ketegangan di wilayah Papua lainya kembali mencuat setelah insiden penembakan pesawat Wings Air oleh anggota KST Papua di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, pada Sabtu, 17 Februari 2024. Namun, respons tegas dari aparat keamanan telah mengungkapkan kelemahan KST Papua, terutama setelah satu anggota mereka, Otniel Giban, tewas dalam kontak senjata dengan prajurit TNI-Polri.
Otniel Giban, atau yang lebih dikenal dengan nama panggilannya Bolong Giban, merupakan sosok kunci dalam KST tersebut. Dia adalah satu-satunya pria yang membawa senjata api di antara sepuluh anggota KST yang terlibat dalam penembakan pesawat Wings Air tersebut. Namun, keberaniannya membawa dampak yang fatal baginya sendiri. Setelah dikejar selama lebih dari lima hari oleh prajurit TNI-Polri, Otniel Giban akhirnya dihabisi di sekitar Kali Brasa, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo.
Kematian Otniel Giban bukan hanya sekadar akhir dari kehidupan seorang anggota KST, namun juga mengungkapkan kelemahan dan kerentanan yang ada di dalam kelompok tersebut. Identifikasi Otniel Giban sebagai pelaku utama dalam penembakan pesawat Wings Air menunjukkan bahwa meskipun KST Papua terus melakukan aksi-aksi kekerasan, namun mereka tidak luput dari jerat hukum dan kekuatan penegakan keamanan.
Kepala Satgas Ops Damai Cartenz, Kombes Pol Faizal Ramadhani, menyampaikan bahwa identifikasi terhadap Otniel Giban didasarkan pada bukti-bukti seperti foto-foto lama di media sosial dan dokumen video kejadian di masa lalu. Otniel Giban, yang merupakan anggota KST Ndugama aktif di Batalyon Wosak, dipastikan terlibat dalam serangkaian kejadian kekerasan yang terjadi sebelumnya. Dengan demikian, penegakan hukum terhadap anggota KST Papua menjadi semakin tegas dan terarah.
Penangkapan dan pembunuhan Otniel Giban juga membawa bukti fisik yang menguatkan kelemahan KST Papua. Barang-barang yang ditemukan pada tubuhnya, seperti baju loreng dan aksesori tertentu, menunjukkan struktur dan organisasi yang terbatas dari KST Papua. Dengan berhasilnya aparat keamanan dalam menangkap anggota KST dan mengumpulkan barang bukti, hal ini menunjukkan bahwa jaringan dan kekuatan mereka semakin terpapar dan terbatas.
Bayu Suseno, Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz-2024, menjelaskan bahwa dari hasil penyidikan di RSUD Dekai Yahukimo, sejumlah barang bukti berhasil ditemukan pada tubuh Otniel Giban. Barang-barang tersebut menjadi bukti konkret yang memperkuat upaya penegakan hukum terhadap anggota KST Papua.
Dengan demikian, melalui insiden penembakan pesawat Wings Air dan kematian Otniel Giban, kita dapat melihat bahwa kekuatan KST Papua semakin melemah. Tindakan tegas dan terukur dari aparat keamanan telah berhasil mengungkapkan kelemahan dan kerentanan dalam struktur serta organisasi KST Papua. Meskipun tantangan masih ada, namun dengan terus menerusnya upaya penegakan hukum dan keamanan yang kuat, harapan untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Papua semakin terbuka lebar.
Melalui kejadian ini, kita dapat melihat bahwa kekuatan KST Papua semakin lemah. Meskipun mereka masih berupaya untuk mengganggu ketertiban dan pembangunan di Papua, namun upaya-upaya tersebut semakin terhambat oleh kehadiran dan keberanian pasukan keamanan yang siap bertindak. Hal ini memberikan harapan bahwa dengan terus menerusnya upaya penegakan hukum dan keamanan yang kuat, Papua dapat mencapai perdamaian dan kemajuan yang lebih baik di masa depan.
*Penulis adalah Mahasiswa Papua di Surabaya
Post Comment