Kuasai Markas KST Papua, Buktikan Komitmen Apkam Lindungi Warga

Kuasai Markas KST Papua, Buktikan Komitmen Apkam Lindungi Warga

Oleh: Vina Gunawan

Aparat keamanan telah menduduki kedua markas KST Papua di Kab. Yahukimo, Papua Pegunungan yang bersembunyi di Kali Ei dan Kali Brasa. Kedua markas tersebut merupakan milik KSTP Pimpinan Elkius Kobak. Hal ini menandakan bahwa aparat keamanan telah berhasil dalam menjalankan tugas guna memberantas dan menindak tegas para anggota KST Papua.

Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Faizal Ramadhani mengatakan bahwa pihaknya melakukan penggeledahan di dalam markas tersebut dan menemukan sejumlah barang bukti milik Elkius Kobak beserta anggotanya.

Barang bukti yang disita berupa solar cell sebanyak empat unit, mesin genset sebanyak enam unit, sejumlah senjata tajam, dua Handy Talkie (HT), dua senapan angin, dan obat-obatan milik tenaga kesehatan yang dianiaya beberapa waktu lalu di Distrik Amuma berupa suntikan, beberapa botol ampul, dan sejumlah obat lainnya.

Sementara itu, Kasatgas Humas Operas Damai Cartenz, AKBP Bayu Suseno menambahkan bahwa penggerebekan markas KST Papua melibatkan sejumlah prajurit gabungan yakni Satgas Nanggala, Satgas Gakkum, Satgas Blukar yang bergabung dengan persolen Polres Yahukimo,Kodim 1715 Yahukimo, dan Satgas Marinir Yonif 7/Lampung.

AKBP Bayu Suseno menambahkan bahwa tidak adanya korban jiwa dalam penggerebakan markas KST Papua tersebut. Akan tetapi, saat penyergapan, Pimpinan Elkius dan anggotanya telah berhasil meloloskan diri ke dalam hutan. Akibatnya, selain penyitaan barang bukti, aparat keamanan menghancurkan kedua markas yang telah dikuasai tersebut.
Diketahui sebelumnya, KST Papua telah melakukan penganiayaan terhadap tenaga medis Tim Cadangan Kesehatan (TCK) Emergency Medical Regional Papua di Distrik Amuma, Kab. Yahukimo, Papua Pegunungan. Kelima korban tersebut ditugaskan untuk memeriksa kesehatan warga sipil yang berada di Distrik tersebut. Meskipun penuh luka serius dan patah tulang, para korban berhasil selamat dan telah dilarikan ke rumah sakit.
Salah seorang korban, Danur Widuran mengatakan bahwa aksi penyerangan yang dilakukan oleh KST Papua terjadi selama sekitar satu jam dengan menggunakan senjata tajam berupa busur, kampak, dan parang. Selain menganiaya tenaga medis, KST Papua juga merusak fasilitas umum seperti memecahkan jendela dan pintu tempat tinggal tenaga kesehatan dan puskesmas. Para pelaku disinyalir berjumlah dua puluh orang dan berhasil meloloskan diri saat ingin ditangkap.
Saat penyaniayaan tersebut, para pelaku sempat menanyakan identitas para tenaga kesehatan dan menudingnya sebagai mata-mata yang dikirim oleh Pemerintah. Anggota KST Papua mencurigai para tenaga kesehatan adalah mata-mata yang sedang menyamar sebagai petugas kesehatan. Propaganda inilah yang dikhawatirkan dapat mendiskreditkan Pemerintah sebagai oknum yang tidak menginginkan kemerdekaan di Tanah Papua dan sengaja memata-matai segala kegiatan KST Papua.
Dalam interogasi tersebut, para pelaku penganiayaan sempat mengakui sebagai bagian dari KST Papua Batalyon Silimo Kodap XVI Yahukimo. Para anggota KSTP juga menanyakan maksud dan tujuan Pemerintah mengirimkan bantuan bahan makanan ke Distrik Amuma, karena menurutnya warga di Distrik Amuma tidak mengalami kelaparan maupun adanya penyakit yang berkepanjangan.
Teror yang dilakukan KST Papua semakin brutal dan menjadi sumber konflik yang harus diberantas. Eksistensi mereka sudah membuat masyarakat sipil menjadi sengsara dan terus menjalani hidup dalam kekhawatiran. Kekerasan maupun pembantaian yang mereka lakukan wajib untuk diperangi.
Para aparat gabungan tidak boleh berhenti melakukan pengejaran terhadap para anggota KSTP dan menggempur markas mereka yang berada di tengah hutan. Bahkan, di mana ada markas baru, para aparat keamanan harus langsung segera melakukan penggempuran.
Sementara itu, masyarakat Papua sudah mulai merasa resah dan menginginkan perdamaian di Tanah mereka. Sudah saatnya masyarakat turut berperan dalam memberantas KST Papua yang selalu membuat kekacauan di Bumi Cenderawasih dan melakukan berbagai aksi teror terhadap warga sipil yang tidak bersalah. Masyarakat harus bersatu dalam menjaga keamanan dari serangan para anggota KST Papua.
Tidak hanya secara fisik, KST Papua juga melakukan aksi teror dengan memprovokasi masyarakat Papua agar melawan Pemerintah. Masyarakat tidak boleh terpengaruh atas propaganda dan hoaks yang sengaja dibuat oleh anggota KST Papua. Selain itu, masyarakat harus memberanikan diri melawan dan melaporkan keberadaan KST Papua secara langsung kepada aparat keamanan di wilayangnya masing-masing.
Untuk saat ini, Kab. Yahukimo, Papua Pegunungan telah aman dari gangguan para anggota KST Papua. Masyarakat tidak perlu merasa takut dan khawatir karena aparat keamanan telah bertanggung jawab memperketat pengamanan di wilayah tersebut dan masih terus melakukan pencarian terhadap anggota KST Papua yang menjadi pelaku penganiayaan tenaga kesehatan. Harapannya, masyarakat Papua dapat beraktivitas kembali dengan penuh kedamaian tanpa dihantui aksi teror KSTP.

*) Penulis merupakan mahasiswa dari Padan

Post Comment