Lewat AIPF Indonesia Dorong Kolaborasi Di Tengah Persaingan Geopolitik

Lewat AIPF Indonesia Dorong Kolaborasi Di Tengah Persaingan Geopolitik

Indonesia menggelar ASEAN Indo Pacific Forum (AIPF) sebagai flagship event dari ASEAN Summit 2023. Agenda bertajuk “Implementation of the ASEAN Outlook on the Indo-Pacific” ini merupakan salah satu highlight Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 untuk meningkatkan kerja sama ASEAN dengan negara mitra di kawasan Indo-Pasifik.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam pembukaan ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF), mengajak kolaborasi intensif agar tidak ada satupun anggota atau negara yang merasa dikucilkan.

“Kawasan kita tidak imun dari berbagai tantangan global dan rivalitas geopolitik yang menajam, khususnya potensi konflik di Indo-Pasifik. Untuk itu, ASEAN-Indo-Pacific Forum hadir untuk mengubah rivalitas di Indo-Pasifik menjadi kerja sama yang bermanfaat, serta membangun habit of cooperation yang win-win formula, tanpa satu pun merasa dikucilkan,” ujar Presiden dalam sambutannya.

Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa AIPF memiliki tiga agenda utama. Pertama, infrastruktur hijau dan rantai pasok yang resilient, di antaranya melalui hilirisasi industri dan pembangunan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

“Ekonomi ASEAN akan tumbuh lebih kokoh melalui hilirisasi industri dan pembangunan ekosistem EV adalah contoh konkret membangun rantai pasok kawasan,” pungkasnya..

Kedua, pembiayaan yang berkelanjutan dan inovatif.

“ASEAN membutuhkan 29,4 triliun US Dollar untuk transisi energi, dan dibutuhkan skema pembiayaan yang inovatif melalui kemitraan yang profitable dan sustainable,” kata Presiden.

Ketiga, transformasi digital dan ekonomi kreatif.

“Ekonomi digital di ASEAN di tahun 2030 diperkirakan tumbuh hingga 1 triliun US Dollar, dan adopsi inovasi digital perlu diperkuat untuk mendukung ekonomi kreatif dan UMKM,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden RI Joko Widodo juga mengumumkan daftar proyek konkret antara negara-negara Anggota ASEAN dan Mitra Dialog, senilai US$ 56 Miliar dari 166 proyek yang menjadi tonggak penting bagi implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

Forum kemudian berlanjut dengan panel yang dihadiri oleh Presiden World Bank, Direktur Pelaksana IMF, Chairman World Economic Forum, dan Presiden ERIA, dan dimoderatori oleh Chatib Basri, Menteri Keuangan Indonesia 2013-2014.

Panelis membahas ASEAN yang berhasil mengungguli kawasan lain dalam beberapa tahun terakhir, serta upaya mempertahankan pertumbuhan ekonominya, dan antisipasi tantangan di masa depan.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam forum tersebut menyampaikan kabar baik terkait ketahanan ekonomi ASEAN yang masih tangguh dibanding negara lain di luar kawasan.

“Izinkan saya menyampaikan kabar baik tentang ASEAN. ASEAN harus terus tumbuh secara dinamis. Ini adalah titik terang di cakrawala yang agak redup,” ujar Kristalina.

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini diperkirakan berkisar 3 persen. Sementara, pertumbuhan ekonomi ASEAN berada di level 4,5 persen atau 4,6 persen.

Kristalina pun yakin angka pertumbuhan ekonomi ASEAN bakal terus berlanjut tahun depan. Ia juga mengatakan ekonomi ASEAN berdampak besar bagi masyarakat global.

“ASEAN menyumbang 10% pertumbuhan global, yang berarti dua kali lipat porsi ASEAN dalam perekonomian global untuk mempertahankan pertumbuhan tersebut, ASEAN memerlukan stabilitas makroekonomi dan keuangan. Kita juga harus bersama-sama mencari cara bagaimana ASEAN dapat menjadi tangguh di dunia yang rentan terhadap guncangan, dengan memikirkan hal hal yang tidak terpikirkan,” kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.

Pendiri World Economic Forum (WEF), Klaus Schwab, dalam kesempatan yang sama memaparkan kondisi industri yang mulai mengalami pergeseran akhir-akhir ini.

Schwab menjelaskan bahwa saat ini dunia telah bergeser dari kapitalisme ke talentisme. Oleh karena itu, perlu untuk merumuskan kembali cara kerja sama antara bisnis dan pemerintah guna mencari solusi yang lebih inovatif.

“Dan saya berpendapat dalam jangka panjang dengan peralihan dari era kapitalisme ke era talentisme, yang berarti kunci dari faktor kompetitif adalah inovasi, bukan lagi biaya rendah, atau ketersediaan modal,” ujar ekonom Jerman tersebut.

Lebih lanjut, ia menunjukkan bahwa ASEAN memiliki keistimewaan yang signifikan. Menurutnya, wilayah ASEAN memiliki banyak wirausaha muda yang mengesankan.

“Masa depan akan ditentukan oleh fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi dari perekonomian itu sendiri. Perekonomian yang lebih beragam terorganisir, sehingga lebih cocok untuk menahan guncangan,” tutupnya.

Pada acara ini juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman terkait pembentukan satuan tugas (satgas) nasional Local Currency Transaction (LCT). Kerangka kerja sama ini merupakan salah satu kesepakatan dalam Leaders’ Declaration KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo bulan Mei lalu yang bertujuan mendukung stabilitas ekonomi dengan mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral antar negara ASEAN. Pembentukan satgas ini melibatkan 10 lembaga negara dan kementerian.

(*

Post Comment