Masyarakat Papua Cinta Damai, Komitmen Jaga Stabilitas Keamanan

Masyarakat Papua Cinta Damai, Komitmen Jaga Stabilitas Keamanan

Oleh: Matius Koboga

Papua, sebuah provinsi yang kaya akan keanekaragaman budaya, alam, dan sejarah, telah menjadi fokus perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi sosial-politik di Papua seringkali menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan, terutama terkait dengan upaya mencapai kedamaian dan stabilitas keamanan di wilayah tersebut. Meskipun terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi, terdapat pula semangat dan komitmen dari masyarakat Papua untuk menciptakan lingkungan yang damai dan stabil.

Dalam narasi opini ini, kita akan menjelajahi dinamika kompleks di Papua, menyoroti inisiatif masyarakat setempat dalam menjaga stabilitas keamanan, serta merenungkan peran penting pemerintah dan pihak terkait dalam mendukung proses tersebut.

Papua, dengan keberagaman etnis, bahasa, dan budaya, telah menghadapi berbagai tantangan sejak awal pembentukannya sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah konflik horizontal dan vertikal yang terus mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada semangat kuat di kalangan masyarakat Papua untuk mencapai kedamaian.

Sejumlah inisiatif telah muncul dari lapisan masyarakat, menunjukkan bahwa ada dorongan yang signifikan untuk menciptakan lingkungan yang damai dan stabil di tanah Papua.

Masyarakat Papua, dengan kekayaan budaya yang melimpah, telah memainkan peran penting dalam mempromosikan dialog dan rekonsiliasi. Organisasi-organisasi masyarakat sipil, kelompok adat, dan tokoh-tokoh lokal berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam menciptakan ruang dialog antar berbagai pihak.

Mereka memahami bahwa dialog adalah kunci untuk memahami perbedaan, mencari solusi bersama, dan membangun kepercayaan di antara kelompok-kelompok yang mungkin memiliki perspektif berbeda.

Perlunya menjaga keamanan di Papua menjadi lebih krusial mengingat hal tersebut merupakan cara untuk melanjutkan berbagai program pembangunan nasional. Sebagaimana diketahui, baru-baru ini sempat terjadi kericuhan di Papua, yakni konflik antar masyarakat di Kampung Karya Bumi Besum, Distrik Namblong, Kabupaten Jayapura, Papua. Wakil Sementara Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Chandra Kurniawan menjelaskan bila peristiwa tersebut berawal saat adanya sekelompok warga yang sedang mabuk dan memalak warga lainnya, melihat hal tersebut seorang prajurit TNI (Sertu AD) mencoba untuk menegur para pelaku pemalakan. Akibatnya, Sertu AD tersebut dikeroyok oleh para pemabuk. Karena terdesak, anggota Babinsa ini membela diri yang mengakibatkan seorang penyerang terluka dan memicu kerusuhan. Adapun situasi saat ini sudah kondusif setelah diadakan mediasi oleh Danrem dan Dandim.

Sementara sebelumnya, kericuhan juga terjadi saat pengantara jenazah Lukas Enembe. Meskipun kondisi saat ini terbilang kondusif, penting untuk terus mewaspadai potensi gesekan atau konflik yang dapat muncul. Hal ini sesuai dengan imbauan Kabid Humas Polda Papua, Ignasius Benny Ady Prabowo, yang menegaskan perlunya peningkatan patroli di titik-titik rawan konflik.

Saat ini, aktivitas di Papua terpantau normal, dengan kendaraan roda dua dan roda empat berjalan seperti biasa. Toko-toko dan usaha pedagang kaki lima juga beroperasi seperti hari-hari sebelumnya. Kabid Humas Polda Papua, Ignasius Benny Ady Prabowo, memberikan penekanan pada pentingnya menjaga ketenangan dan tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini sebagai langkah pencegahan agar tidak terjadi gangguan atau kerusuhan yang dapat merugikan masyarakat Papua.

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol. Mathius D. Fakhiri menyampaikan bahwa meskipun terjadi kericuhan, situasi di Papua berhasil dikendalikan, dan tidak ada laporan lebih lanjut tentang ketidakamanan pasca peristiwa tersebut. Hal ini menggambarkan komitmen aparat keamanan untuk menjaga stabilitas dan keamanan di daerah tersebut.

Berita mengenai penyebab kematian dari Lukas Enembe sendiri memang sempat diwarnai sejumlah kesimpangsiuran. Salah satunya adalah sempat beredar di media sosial Facebook terkait dengan narasi yang menyebutkan kalau pria yang sempat mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Sam Ratulangi tersebut akan dibunuh secara mendadak oleh pihak tertentu.

Terkait dengan adanya peredaran narasi hoaks tersebut, pihak Juru Bicara (Jubir) Penindakan dan Kelembagaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ali Fikri menginformasikan bahwa kabar tersebut sama sekali tidak benar atau hoaks.

Di sisi lain, pada tanggal 1 Oktober 2022 silam, Lukas Enembe sendiri sempat memberikan keterangan kepada awak media bahwa dirinya mengalami stroke, yang mana kala itu menurut dokter Singapura yang menanganinya memang ditemukan bahwa jantung dari mantan Gubernur di Bumi Cenderawasih itu kotor. Fakta ini tentu saja memberikan informasi terang benderang bahwa sebenarnya Lukas Enembe meninggal karena komplikasi penyakit, bukan sebab lain.

Berkaca pada situasi diatas maka, seluruh elemen masyarakat Papua tentu saja perlu menjaga perdamaian di Papua. Mencapai perdamaian dan stabilitas keamanan di Papua bukanlah tugas yang mudah, namun bukan pula hal yang tidak mungkin. Masyarakat Papua telah menunjukkan komitmen mereka untuk menciptakan lingkungan yang damai dan stabil melalui berbagai inisiatif. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, perlu memberikan dukungan yang nyata dalam bentuk kebijakan inklusif, pembangunan ekonomi, dan penguatan aparat keamanan yang berbasis pada hak asasi manusia. Hanya dengan kerjasama antara semua pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan lembaga-lembaga terkait, kita dapat bersama-sama merangkul masa depan yang damai dan stabil untuk Papua.

*Penulis merupakan mahasiswa asli Papu

Post Comment