Membangun Kesadaran Politik Generasi Muda Demi Cegah Golput

Membangun Kesadaran Politik Generasi Muda Demi Cegah Golput

Oleh : Ratih Safira Utami

Dalam menghadapi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024, isu golput menjadi sorotan utama. Salah satu pakar komunikasi politik, Emrus Sihombing, secara tegas memperingatkan tim sukses dan partai politik untuk mewaspadai potensi golput di kalangan pemilih muda. Fenomena saling lapor yang terjadi, khususnya di kalangan Generasi Z, menjadi perhatian serius Emrus.

Dalam diskusi politik di Jakarta Pusat beberapa waktu lalu, pakar komunikasi politik Emrus Sihombing mengungkapkan perhatiannya terhadap fenomena yang ia amati, yaitu saling lapor di kalangan Generasi Z. Menurutnya, generasi ini cenderung mengalami golput dan merespon dengan pertanyaan, “Mengapa saling lapor?” Emrus menekankan bahwa saling lapor sebaiknya hanya dilakukan dalam kasus pidana seperti kejahatan atau kriminal, dan bukan untuk hal-hal yang bersifat pendapat semata.

Pandangannya ini disampaikan secara tegas, menyoroti pentingnya memahami batasan dalam melaporkan suatu permasalahan.

Dalam upaya menjaga kelangsungan demokrasi, Emrus menyoroti urgensi untuk memotivasi partisipasi politik dari kalangan pemilih muda. Baginya, diperlukan sebuah keterlibatan yang santun dan beradab, melibatkan peserta Pemilu 2024, tim sukses, dan partai politik sebagai pihak yang terlibat.

Emrus menegaskan pentingnya menghindari konfrontasi langsung maupun tidak langsung, baik melalui lambang komunikasi verbal maupun nonverbal, untuk menciptakan lingkungan politik yang bermoral dan etis. Pandangannya ini mencerminkan upaya untuk mengajak semua pihak terlibat dalam proses politik agar menjaga etika dalam bersaing demi keberhasilan pemilihan.
Emrus menekankan bahwa politik beretika dan bermoral harus dikedepankan, lebih penting daripada politik elektoral yang cenderung mengabaikan prinsip-prinsip etika. Dalam pandangannya, politik elektoral yang hanya mengejar kemenangan bisa menghalalkan segala cara. Namun, jika politik moral dan etika dikedepankan, pertarungan akan lebih berkutat pada gagasan dan ide.
Dalam situasi ini, Emrus memberikan peringatan agar pihak yang tidak berhasil dalam Pemilu 2024 dapat memainkan peran yang penting sebagai kelompok pengawas dan penyeimbang dalam sistem pemerintahan. Ia menekankan perlunya untuk memiliki batasan yang jelas, yaitu tidak seharusnya mereka bergabung dengan partai yang berkuasa agar tercipta mekanisme kontrol dan keseimbangan.
Emrus menyampaikan bahwa pemahaman akan integritas dan etika politik merupakan langkah awal yang signifikan untuk mengantisipasi potensi golput, yang seringkali timbul karena ketidakpuasan terhadap praktek politik yang dianggap tidak bermoral.
Seiring dengan penetapan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI pada Senin, 13 November 2023, Pemilu 2024 menjadi sorotan utama di panggung politik Indonesia.
Hasil pengundian nomor urut pada Selasa, 14 November 2023, menetapkan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD nomor urut 3. Dengan masa kampanye yang akan dimulai pada 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, dan pemungutan suara pada 14 Februari 2024, kesadaran politik pemilih muda menjadi penentu utama dalam menjaga stabilitas dan kelangsungan demokrasi.
Di tingkat lokal, seorang politisi muda dari Dapil Pulau Lombok, Rannya Agustyra Kristiono, memberikan perhatian khusus terhadap peran kaum muda dalam membangun partisipasi politik. Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 di Pulau Lombok akan melibatkan sedikit politisi muda, dan Rannya berusaha menjadi suara bagi generasi milenial dan Gen Z. Ia secara aktif menggelar acara bersama kalangan milenial dan Gen Z, menyoroti peran penting mereka dalam proses demokrasi.
Rannya Agustyra Kristiono, dengan penuh semangat, menyampaikan bahwa dirinya adalah seorang pemuda yang mewakili kelompok tersebut di dunia politik. Ia mengungkapkan keinginannya agar pemuda lainnya turut serta aktif menggunakan hak politiknya dalam Pemilu 2024. Pernyataan tersebut mencerminkan bahwa perannya tidak hanya terbatas sebagai wakil rakyat, melainkan juga sebagai motor penggerak yang menggalakkan keterlibatan politik dari pemilih muda.
Dalam konteks Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Rannya Agustyra Kristiono menyoroti angka signifikan pemilih pemula. Ia menggarisbawahi bahwa generasi milenial dan Gen Z yang akan terlibat dalam pilpres dan pileg 2024 di Provinsi NTB mencapai 2,1 juta orang, dari total pemilih sekitar 3,9 juta orang. Rannya menekankan bahwa lebih dari setengah jumlah pemilih tersebut merupakan anak muda.
Ia memotivasi sesama pemuda untuk tidak golput, karena partisipasi aktif mereka dinilai sangat menentukan arah kemajuan daerah. Menurutnya, hal ini juga merupakan bagian dari persiapan menyongsong Indonesia emas 2045, di mana anak-anak muda diharapkan akan memegang peran dominan dalam pembangunan Indonesia ke depan.
Menjelang Pemilu 2024, penting bagi semua pihak yang terlibat dalam proses politik untuk membangun kesadaran politik pada pemilih muda. Komunikasi yang beradab, menjaga etika politik, dan menggali potensi positif dari representasi politik yang muda dapat menjadi kunci dalam menghindari golput yang dapat merugikan demokrasi. Setiap suara pemilih muda memiliki bobot penting dalam membentuk masa depan bangsa.
Seiring penetapan pasangan calon dan jadwal kampanye yang semakin mendekat, kesadaran politik harus terus ditingkatkan. Proses pemilu bukan hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, tetapi juga sebuah peristiwa penting yang menentukan arah bangsa.
Oleh karena itu, mari bersama-sama membangun Indonesia yang demokratis, berintegritas, dan melibatkan semua lapisan masyarakat, terutama generasi muda, sebagai tulang punggung bangsa yang akan menentukan masa depan Indonesia.

)* Penulis adalah kontributor Persada Institut

Post Comment