Mendukung Optimalisasi Pengawasan Radikalisme Jelang Nataru
Mendukung Optimalisasi Pengawasan Radikalisme Jelang Nataru
Oleh: Silvia. A. Pamungkas
Perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) adalah ajang sukacita bagi masyarakat Indonesia. Namun, sebagaimana diketahui bersama, dari tahun ke tahun ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) selalu mewarnai momentum pergantian tahun dengan propaganda negatif.
Untuk itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dini supaya kebersamaan anak bangsa tidak terusik oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris mengatakan harus ada tindakan yang ditempuh sebagai upaya preventif dan deteksi dini paham radikal maupun aksi teror yang mungkin mengganggu perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Irfan menyampaikan langkah yang harus dilakukan yakni membangun komunikasi interaktif dan produktif dengan seluruh stakeholder terkait. Masyarakat dan aparat perlu saling menjaga serta mewaspadai adanya letupan aksi atau sel teror yang mulai merebak saat ini.
Menurut Irfan, Indonesia perlu juga meningkatkan penerapan inklusivitas, baik di sektor formal seperti kementerian dan lembaga hingga di lingkar pergaulan anak muda yang akan menjadi penentu masa depan bangsa. Selain itu, penguatan empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 menjadi hal yang vital dalam memupuk wawasan kebangsaan serta rasa cinta tanah air anak bangsa.
Kurangnya narasi penguatan terhadap empat pilar berbangsa dan bernegara menjadi hal yang menguras perhatian masyarakat untuk kemudian mengonsumsi konten radikalisme dan terorisme. Maka dari itu, narasi-narasi yang beredar dari kelompok intoleran dan radikal harus diluruskan dengan berbagai model pertemuan dan diskusi, baik luring maupun daring. Hal ini dilakukan dengan harapan akan timbul kewaspadaan di antara masyarakat untuk saling mengingatkan.
Seluruh komponen bangsa harus sama-sama mendampingi generasi muda agar jangan sampai terjadi aksi teror yang disebabkan self-radicalization lewat media sosial. Sebagaimana diketahui, generasi muda serta perempuan menjadi sasaran utama dari radikalisasi jaringan teror.
Pola kaderisasi jaringan teror biasanya memiliki racikan tersendiri yang dilakukan sangat kencang di bawah permukaan. Ada tiga hal yang umumnya dilakukan, yaitu pelatihan paramiliter, perekrutan anggota baru dan pendanaan aksi teror. Harus diakui bahwa generasi muda hampir tidak mungkin untuk menghindar dari arus globalisasi yang semakin deras. Walaupun demikian, pemuda harus mampu mengikuti kencangnya arus informasi, mempelajarinya dan memahaminya, namun tanpa terpapar dampak buruknya.
Di Maluku Utara, Kepolisian Daerah (Polda) kembali mengeluarkan himbauan kepada seluruh masyarakat untuk waspada terhadap gerakan radikalisme menjelang Nataru dan Pemilu 2024. Pasalnya, momentum Pemilu ini biasa dimanfaatkan untuk radikalisme karena adanya perbedaan pendapat politik, ketegangan sosial dan perasaan ketidakpuasan. Sebagaimana disampaikan Kabid Humas Polda Maluku Utara, Kombes Pol. Michael Irwan Thamsil.
Michael menyebut, menghadapi Nataru dan pelaksanaan pemilu adalah saat-saat penting dalam kehidupan demokrasi suatu negara, dan gerakan radikalisme untuk mengancam stabilitas politik, toleransi, dan juga keamanan. Michael juga menjelaskan, radikalisme di ruang digital dapat mengacu pada penyebaran ideologi radikal, berita palsu (hoax), retorika berbahaya, atau tindakan ekstremisme melalui platform online seperti media sosial, situs web, dan aplikasi pesan.
Kelompok radikal dapat memanfaatkan media sosial dan platform online untuk menyebarkan hoax, berita palsu dan propaganda yang dirancang untuk menciptakan ketakutan pada acara keagamaan dan ketidakpercayaan terhadap aparat. Untuk itu dalam upaya penangkalan terhadap radikalisme di ruang digital, masyarakat diminta untuk waspada dengan konten-konten yang mengarah para radikal serta bijak dalam bermedia sosial.
Selain itu, Kapolresta Manado, Kombes Pol Julianto Sirait melalui Kasi Humas, Ipda Agus Haryono mengatakan, Polresta Manado tengah meningkatkan patroli di beberapa lokasi strategis seperti pasar, pusat pertokoan, dan pusat keramaian untuk mengantisipasi terjadinya gangguan kamtibmas menjelang perayaan Nataru di Kota Manado. Agus menyampaikan, petugas berpatroli di sekitar pasar untuk memantau situasi keamanan, mengingat aktivitas masyarakat mengalami peningkatan menjelang Nataru.
Patroli ini merupakan bagian dari komitmen kepolisian untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Juga untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang sedang beraktivitas. Agus mengatakan kepada jemaat gereja agar selalu menjaga kerukunan antar umat beragama yang selama ini terjalin dengan baik serta waspada terhadap kelompok radikal dan anti pancasila.
Dengan menyebarkan nilai-nilai agama yang mengajarkan kedamaian, kesederhanaan, dan kerja sama, dapat mendorong masyarakat untuk bersama-sama menjaga suasana kondusif selama perayaan. persiapan yang matang dan pendekatan yang holistik, diharapkan Natal dan Tahun Baru di seluruh wilayah Indonesia dapat berlangsung dengan damai dan khidmat. Maka dari itu, seluruh pihak wajib mendukung kebijakan pemerintah, agar Nataru dan pemilu dapat berjalan dengan aman dan damai, tanpa adanya kerusuhan.
)* Penulis adalah tim redaksi Saptalika Jr. Medi
Post Comment