Mendukung Optimalisasi Peran Media Menyukseskan Pemilu 2024
Mendukung Optimalisasi Peran Media Menyukseskan Pemilu 2024
Oleh : Gita Oktaviani
Pemilihan umum (Pemilu) 2024 sudah di depan mata dan semua pihak wajib menyukseskannya, termasuk media massa dan elektronik. Media berperan penting untuk mendukung Pemilu karena menjadi tempat untuk menyiarkan berita yang valid. Oleh karena itu, Media hendaknya jangan menyebarkan hoaks dan propaganda karena berpotensi merusak Pemilu.
Pemilu adalah acara penting yang diselenggarakan 5 tahun sekali dan masyarakat menantinya dengan antusias, karena ingin mendapatkan calon pemimpin baru. Sejak era reformasi rakyat dibebaskan untuk memilih calon presiden, calon anggota legislasi, dan partai politik.
Tidak seperti di era Orde Baru yang partainya hanya ada tiga.
Ketika Pemilu hampir datang maka banyak pihak yang berperan dalam menyukseskannya, termasuk media. Baik media massa dan elektronik, semua wajib mendukung Pemilu 2024 agar berlangsung dengan damai.
Anggota Bawaslu (Badan Pengawas Pemilihan Umum), Lolly Suhenty menyatakan bahwa Bawaslu berencana menggandeng media massa dalam rangka menghadapi kerawanan pada Pemilu 2024. Salah satu upaya strategi melakukan pencegahan adalah merangkul media.
Menurutnya, strategi pencegahan berdasarkan perspektif media, sangatlah penting dalam Pemilu. Hasil jurnalisme media, akan mampu memberitakan dan mempengaruhi perspektif apapun kepada khalayak. Upaya merangkul jurnalis dengan media massanya, masuk dalam upaya Bawaslu merumuskan strategi pencegahan kegagalan Pemilu.
Kesuksesan Pemilu bisa terjadi saat ada bantuan dari para jurnalis dan media massa serta media elektronik. Peran media sangat berpengaruh karena mereka memberitakan kampanye, profil calon presiden, dan hal-hal yang terjadi saat ada Pemilu di daerah-daerah. Dengan pemberitaan positif maka Bawaslu optimis Pemilu 2024 akan berhasil.
Media juga wajib untuk bekerja sama dengan Bawaslu dan pemerintah untuk memberitakan kampanye serta hal-hal lain yang terkait dengan Pemilu, dari sisi yang positif. Dalam artian, ketika yang disorot adalah segi positifnya maka akan memperbesar partisipasi masyarakat dan mensukseskan Pemilu 2024.
Akan tetapi, ketika media bersikap seenaknya sendiri lalu membuat berita yang sensasional (click-bait), maka masyarakat akan apatis terhadap Pemilu. Mereka makin malas karena media memperlihatkan kinerja pemerintah yang buruk, padahal yang sebenarnya tidak seperti itu. Media bersikap skeptis dan mengkampanyekan bahwa siapapun presidennya hasilnya sama jeleknya, padahal tiap capres punya visi-misi yang baik dan memajukan Indonesia.
Bisa saja ucapan seorang politisi dipelintir oleh media sehingga masyarakat salah menangkapnya, dan akhirnya malas mencoblos saat Pemilu. Seharusnya media tidak boleh seperti itu karena akan berpotensi menggagalkan Pemilu.
Sementara itu, pengamat politik dari UIN Mataram, Dr. Ihsan Hamid, menyatakan bahwa media massa punya peran penting dalam menyukseskan Pemilu 2024. Peran media antara lain untuk menyampaikan informasi Pemilu, edukasi, dan menangkal hoaks di masyarakat.
Media juga sangat penting untuk memberikan informasi-informasi penting misalnya jadwal kampanye, jadwal pencoblosan, siapa saja caleg di daerah tertentu, dll. Dengan pengumuman jadwal kampanye maka masyarakat tidak akan berkampanye sebelum waktunya. Mereka juga akan memberikan hak suaranya dengan tertib saat Pemilu 2024.
Sebaliknya, media jangan menyebarkan hoaks dan propaganda yang berpotensi menggagalkan Pemilu 2024. Jangan sampai memori buruk tahun 2014 dan 2019 terulang ketika banyak hoaks yang tersebar di dunia maya. Mulai dari nama palsu capres atau caleg tertentu, isu mengenai keluarganya, dan lain-lain. Hoaks sangat meresahkan karena bisa menyulut permusuhan antar warga dan memicu tawuran di dunia maya.
Selain itu hoaks juga bisa berpotensi menggagalkan pemilu karena masyarakat menjadi antipasti terhadap pemerintah. Jangan sampai tingkat Golongan Putih (Golput) naik gara-gara banyaknya hoaks di media sosial.
Media harus netral dan tidak boleh menyebarkan hoaks apapun. Walau judul berita sensasional lebih menarik minat pembaca, tetapi jika dilakukan tiap hari akan membuat citranya jadi negatif. Para pembaca akan mengecap media tersebut sebagai tempat penyebaran hoaks, propaganda, dan tidak lagi netral. Media seperti ini bagaikan ‘koran kuning’ yang murahan dan memiliki image jelek.
Sementara itu, Badan Pengawas Pemilu Kota Cirebon mengajak media massa untuk mewujudkan Pemilu damai pada 2024. Komisioner Bawaslu Kota Cirebon, Supriyan, mengatakan, sebagai salah satu pilar demokrasi, peran media massa sangat dibutuhkan dalam pemilu. Pihaknya mengajak seluruh media massa di Kota Udang untuk bersama-sama Bawaslu mengawasi seluruh tahapan Pemilu 2024.
Kesuksesan pemilu berawal dari pengawalan media yang meliput acara pencoblosan dan penghitungan suara hingga ke desa-desa terpencil. Dari liputan tersebut maka akan terbuka banyak fakta di lapangan. Mulai dari pelanggaran berupa penggelembungan suara, pemaksaan pemilihan calon legislatif, hingga serangan fajar atau pemberian uang sogokan sebelum pemilu dimulai.
Media harus berkontribusi dalam mewujudkan pemilu damai. Penyebabnya mereka adalah corong masyarakat sehingga problem yang ada di tengah lapangan bisa terkuak. Ketika ada wartawan maka pihak yang akan berbuat kecurangan akan takut karena akan ketahuan dan dilaporkan ke pihak berwajib.
Masyarakat mendukung peran media untuk menyukseskan Pemilu 2024. Peran media sangat besar untuk menjadi corong pemberitaan sehingga rakyat tahu kapan jadwal kampanye, tanggal pencoblosan, dll. Media tidak boleh berubah jadi tempat penyebaran hoaks dan propaganda, karena berpotensi akan menggagalkan Pemilu.
)* Penulis adalah Kontributor Jendela Baca Institute
Post Comment