Mengapresiasi Apkam Lindungi Anak Sekolah Dari Teror KST

Mengapresiasi Apkam Lindungi Anak Sekolah Dari Teror KST

Oleh : Salmon Kadepa

Anak putus sekolah sebagai akibat dari kekerasan serta kebiadaban yang dilakukan oleh KST kini bisa kembali belaja serta mengenyam dunia pendidikan. Seluruhnya berkat bagaimana upaya maksimal dan optimal yang dilakukan oleh aparat keamanan dengan terus menjaga keamanan hingga memberikan pelayanan terbaik untuk rakyat di Bumi Cenderawasih Papua.

Seluruh masyarakat Indonesia hendaknya patut bersyukur karena memiliki jajaran aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang memang senantiasa untuk terus menjaga kedamaian serta kondusifitas di tengah masyarakat seluruh wilayah di Tanah Air

Bahkan, tidak terkecuali pula penjagaan tersebut senantiasa dilakukan oleh jajaran aparat keamanan dari personel gabungan TNI dan Polri hingga ke pelosok wilayah negeri seperti di Bumi Cenderawasih. Sehingga, meski beberapa kali di Papua sempat terganggu atau terancam akibat keberadaan hingga ulah kriminal yang dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST), namun hal tersebut tetap bisa kembali kondusif berkat upaya keras aparat keamanan.

Salah satunya adalah ketika kerusuhan yang sempat terjadi di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintan, Papua oleh gerombolan separatis di provinsi paling Timur Indonesia tersebut pada bulan September tahun 2021 lalu. Dengan adanya kerusuhan yang dilakukan oleh mereka, mengakibatkan sebanyak puluhan anak menderita serta mereka harus terpaksa putus sekolah.

Hal tersebut dialami oleh Salmon Y.I Tepmul, yang mana dirinya harus secara terpaksa putus sekolah sehak 2 (dua) tahun yang lalu. Padahal sebelumnya dia bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan telah duduk di bangku kelas 3 (tiga).

Anak tersebut mengungkapkan bahwa akibat dari adanya kerusuhan yang terjadi di Distrik Kiwirok sebagai ulah KST Papua, mengakibatkan raport yang dimilikinya menjadi terbakar sehingga sekolah di sana tidak mau menerimanya lagi dan pada akhirnya dia harus terpaksa putus sekolah.

Bukan hanya sampai di sana saja, namun tentunya dengan adanya kerusuhan yang sempat terjadi di kampung halaman Salmon, maka membuat anak tersebut juga harus terpaksa melakukan pengungsian hingga ke Distrik Oksibil untuk bisa menghindari bagaimana keganasan yang dilakukan oleh gerombolan makar tersebut yang selalu melakukan teror di distrik tempat tinggalnya.

Penderitaan harus dirasakan oleh bocah tersebut karena dia beserta dengan keluarganya harus melakukan pengungsian hingga ke Oksibil dengan cara berjalan kaki selama 2 (dua) hari dua malam karena memang sudah tidak ada rumah lagi, sehingga dia dan keluarganya ikut salah seorang rekan sampai ke Jayapura.

Setelah sampai di Jayapura, Salmon menjumpai ibu angkatnya yakni Rounne Vallery Walea dan berinisiatif untuk kembali menyekolahkan bocah tersebut. Akan tetapi lantaran memang raport yang dimiliki oleh bocah itu terbakar akibat insiden kekerasan yang dilakukan oleh KST Papua di kampung halamannya sehingga berkas lain yang dimilikinya juga hangus terbakar, maka membuatnya tidak bisa bersekolah selama sekitar dua tahun lamanya.

Beruntungnya, nasib sang bocah kemudian berubah lantaran dia bertemu dengan salah seorang prajurit TNI dari Komando Daerah Militer (Kodam) XVII / Cenderawasih. Secara tidak sengaja Salmon bertemu dengan prajurit tersebut dan sempat menceritakan bagaimana kisahnya.

Tentu ketika mendengar kisah pilu dari seorang bocah, membuat hati dari sang prajurit satria pelindung rakyat itu tergerak untuk berupaya memberikan banuan kepada Salmon. Prajurit TNI itu kemudian langsung melakukan koordinasi kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Holtekamp untuk bisa membantu sang bocah agar dia tetap diterima di sekolah itu dan melanjutkan pendidikannya.

Usai melakukan koordinasi dengan pihak kepala sekolah, mereka pun pada akhirnya menerima Salmon menjadi muridnya. Dan kini dia duduk di bangku kelas 4 SD serta mendapatkan elajaran tambahan selama 1 (satu) jam setiap harinya untuk bisa mengejar kemampuan membaca agar bisa menyesuaikan dengan anak lainnya.

Sang prajurit tidak hanya sekedar membantu mengupayakan bocah tersebut kembali bersekolah saja, namun dia juga memberikan bantuan berupa perlengkapan alat tulis serta seragam dan bantuan lainnya.

Bagaimana langkah yang sudah dilakukan oleh prajurit TNI yang membantu Salmon tersebut juga telah sesuai dengan adanya arahan yang disampaikan oleh Panglima TNI Laksamana Yudo Margono sebelumnya bahwa dia pernah berpesan kepada seluruh prajurit di Papua untuk terus mempertebal keimanan dan kekuatan spiritual.

Selain itu, Panglima TNI juga menyampaikan bahwa seluruh prajurit yang bertugas di Bumi Cenderawasih juga hendaknya mampu untuk menjaga seluruh hati rakyat di Papua dan tidak menakuti rakyat dengan terus berupaya membawa kebermanfaatan.

Berkat bagaimana upaya serta kerja keras yang sudah sangat optimal dilakukan oleh aparat keamanan yang bertugas di Bumi Cenderawasih dan terus menjaga keamanan atau kondisi yang kondusif di Papua, membuat anak putus sekolah yang merupakan korban dari keganasan KST kini kembali bisa mengenyam dunia pendidikan.

)* Mahasiswa Papua tinggal di Bandung

Post Comment