Mengapresiasi Transisi Energi Pacu Percepatan Pembangunan Ekonomi Nasional
Mengapresiasi Transisi Energi Pacu Percepatan Pembangunan Ekonomi Nasional
Oleh : Savira Ayu
Guru Besar sekaligus akademisi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Lilies Setiartiti menilai bahwa adanya transisi energi yang selama ini digencarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI) sebagai salah satu faktor penting untuk semakin mendongkrak pembangunan ekonomi nasional.
Selama ini, sumber energi yang masih terpusat dan terlalu mengandalkan penggunaan fosil terus dipandang sebagai sebuah isi yang menarik untuk diperhatikan. Maka dari itu, untuk bisa meminimalisasi penggunaan fosil yang berlebihan, adanya upaya untuk melakukan transisi energi menuju pada penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) dianggap menjadi semakin mendesak untuk harus disegerakan, hal tersebut terjadi utamanya setelah Indonesia meratifikasi Persetujuan Paris melalui keberlakuan Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2016. Selain itu, penggunaan EBT juga sebagai proses mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Sehingga, tidak bisa dipungkiri bahwa memang pemberlakuan transisi energi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, karena sejauh ini ketergantungan masih cukup tinggi kepada energi fosil. Terlebih, bukan hanya akan semakin memperbaiki lingkungan saja, namun pemberlakuan transisi energi itu juga mampu berdampak pada pembangunan ekonomi nasional di Tanah Air.
Akademisi dari UMY tersebut juga menambahkan bahwa adanya transisi energi yang dilakukan oleh Pemerintah RI juga menjadi salah satu upaya untuk semakin menekan terjadinya risiko pemanasan global, terlebih saat ini memang seluruh dunia juga terus secara konsisten melakukan riset dalam mengembangkan dan mentransformasikan energi agar terealisasi target nol emisi karbon.
Membahas mengenai produksi emisi karbon, nyatanya memang sektor energi ini sebagai salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan emisi karbon. Sehingga tidak heran mengapa banyak pihak di dunia kemudian berbondong-bondong untuk melakukan transisi yang mengacu pada pergeseran sektor energi, mulai dari yang sebelumnya masih melakukan produksi dan konsumsi pada energi berbasis fosil, sekarang beralih menjadi produksi dan konsumsi energi terbarukan yang jauh lebih ramah lingkungan.
Selain itu, ternyata bagaimana penggunaan energi memiliki keterkaitan yang bahkan sangat erat dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, untuk bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah, maka sangat diperlukan adanya penggunaan energi yang tinggi dan produktif. Karena nantinya pertumbuhan ekonomi suatu wilayah bisa tertopang denvan penggunaan energi secara produktif.
Namun, apabila model pembangunan ekonomi yang dilakukan masih saja sangat bergantung pada dominasi energi yang berasal dari fosil, maka ketergantungan itu jelas memiliki dampak yang signifikan dalam hal stabilitas ekonomi termasuk juga adanya peningkatan pada biaya lingkungan yang menjadi tidak terhitung nantinya, dengan kata lain, penggunaan energi fosil justru akan semakin banyak membutuhkan biaya.
Alih-alih mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional, namun justru penggunaan energi berbahan fosil jika terus saja dilakukan justru akan semakin memperbesar pengeluaran dan tidak mendukung adanya efisiensi anggaran. Tidak cukup sampai di sana, namun penggunaan energi dan bahan bakar fosil secara besar juga menjadikan bangsa ini sebagai negara importir netto bahan bakar fosil.
Tentu saja sebenarnya hal tersebut miris, lantaran sejatinya Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas alam yang cukup besar. Efisiensi justru tidak akan bisa dilakukan jika masih menggunakan energi berbahan fosil lantaran kurangnya infrastruktur dan teknologi yang memadai sehingga kemampuan produksi pun menjadi tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan domestik.
Untuk itu, sebenarnya sudah tidak ada alasan lain lagi yang mengatakan bahwa penggunaan energi terbarukan tidak penting. Justru sebaliknya, seluruh fakta dan data menunjukkan bagaimana pentingnya untuk sesegera mungkin terus menggencarkan transisi energi tersebut karena ke depannya dengan penggunaan energi terbarukan, maka sekaligus upaya untuk pelestarian lingkungan akan terwujud.
Ketika pelestarian lingkungan mampu terealisasi dengan baik berkat adanya transisi energi, maka secara langsung juga mampu berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penguatan ekonomi. Ketika produksi dan konsumsi terus didorong untuk menjadi semakin ramah lingkungan dan berkelanjutan, maka akan memastikan pula adanya ketahanan energi.
Sekaligus pula, jika produksi dan konsumsi terus didorong menjadi pemanfaatan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan mampu berkelanjutan, ke depannya akan bisa berdampak baik sebagai salah satu kunci utama terjadinya transformasi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan sangat kuat.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki potensi akan EBT sangat besar. Menyadari hal tersebut, Pemerintah RI memiliki komitmen kuat untuk mampu melakukan transisi energi hijau sebagai upaya dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dan bisa mencapai net-zero emission pada tahun 2060 mendatang.
Bukan hanya berkaitan dengan pelestarian lingkungan saja ataupun upaya untuk mampu mewujudkan pembangunan secara berkelanjutan, namun penerapan transisi energi dari penggunaan fosil menjadi penggunaan energi hijau yang terbarukan ternyata sekaligus mampu semakin mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional karena berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan di masyarakat.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
Post Comment