Pemerintah Berkomitmen Kuat Stabilisasi Harga Beras di Pasar

Pemerintah Berkomitmen Kuat Stabilisasi Harga Beras di Pasar

Oleh : Gema Iva Kirana

Pemerintah menstabilkan harga beras di pasar agar selalu terkendali. Masyarakat perlu memahami bahwa kemarau panjang menyebabkan kegagalan panen sehingga ada perubahan harga beras. Namun mereka tidak perlu khawatir karena pemerintah melakukan operasi pasar agar pasokan beras mencukupi dan harganya kembali stabil.

Beras adalah makanan pokok orang Indonesia. Akan tetapi dalam beberapa bulan terakhir ada perubahan harga beras yang mengagetkan masyarakat. Sebetulnya mereka tidak perlu bingung karena pemerintah sudah bergerak cepat untuk menstabilkan harga beras sehingga harganya masih bisa dijangkau oleh rakyat kecil sekalipun.

Salah satu faktor perubahan harga beras karena terjadi permintaan pasar yang tinggi. Sementara pasokan dianggap belum memadai. Apalagi ada fenomena El Nino sehingga menyebabkan panas berkepanjangan, dan berdampak negatif terhadap persawahan. Ada beberapa daerah yang gagal panen karena efek kekeringan sehingga pasokan beras belum sesuai dengan permintaan masyarakat.

Presiden Jokowi menyebut saat ini stok cadangan beras pemerintah sebanyak 1,6 juta ton dan masih akan bertambah. Beliau menargetkan stok cadangan beras pemerintah bisa mencapai 3 juta ton. Dalam artian, pemerintah tidak diam saja ketika ada perubahan harga beras.

Namun langsung ada tindakan untuk menambah persediaan cadangan beras agar stoknya selalu mencukupi, bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kebijakan untuk mencukupi cadangan (stok) beras termasuk melalui impor dan intervensi pasar guna menstabilkan harga beras kerap diambil untuk mengatasi gejolak perberasan nasional.
Presiden Jokowi saat meninjau Gudang Bulog di Karawang, Jawa Barat tanggal 14 September 2023 menginstruksikan kepada Perum Bulog untuk menggelar operasi pasar (OP), baik di tingkat ritel maupun pedagang besar (grosir) agar harga beras di tingkat konsumen turun.
Kelangkaan beras berpotensi terjadi mengingat produsen utama seperti India melarang ekspor beras pada Juli lalu demi memenuhi kebutuhan domestiknya.
Di dalam negeri, harga beras mulai merambat sejak Juli 2022 akibat anjloknya produksi nasional di tengah kemarau panjang fenomena El Nino yang diprakirakan bakal berlangsung sampai awal 2024 dan juga naiknya harga pupuk akibat Perang Rusia-Ukraina.
Menurut catatan Kementerian Pertanian, kekeringan lahan padi sawah tingkat sedang juga dialami tujuh provinsi (Aceh, Sumut, Riau, Kepulauan Riau, NTT, NTB, dan Papua), sementara 20 provinsi lainnya mengalami kekeringan level rendah.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, harga beras premium yang pada Januari Rp13.140 per kg naik ke Rp14.230 pada medio September 2023, sedangkan jenis medium naik dari Rp11.550 ke Rp12.580 per kg.
Perubahan harga beras, menurut laporan BPS, menyumbang 0,41 persen dari 0,92 persen kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang berkontribusi terhadap 3,7 persen tingkat inflasi tahunan pada Agustus 2023.
Cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang-gudang Bulog yang saat ini berjumlah 1,6 juta ton dinaikkan menjadi minimal dua juta ton. Sekretaris Perum Bulog, Awaludin Iqbal, yakin target 1,2 juta ton CBP akhir 2023 bakal terpenuhi melalui impor dan penyerapan gabah petani lokal walau Bulog harus mendistribusikan 630.000 ton paket bansos beras bagi 23,5 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Bansos masing-masing 10 kg beras per bulan bagi 23,5 juta KPM untuk tiga bulan (September, Oktober, dan November 2023) merupakan paket kedua selama 2023 setelah jumlah yang sama diberikan pada 23,5 juta KPM pada Maret, April, dan Mei 2023.
Sedangkan perubahan harga beras, menurut prediksi Kepala Biotech Center IPB, Dwi Andreas, akan terus berlangsung sampai Februari atau Maret 2024 walau tidak setajam sebelumnya berkat OP dan paket bansos yang diberikan kepada 23,5 juta KPM.

Di sisi lain, Dwi yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) menilai, harga beras saat ini dinikmati petani yang sebelumnya terus merugi selama tiga tahun terakhir.
Indeks rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) 2021 – 2022 yang diterbitkan BPS 98,5 alias petani rugi karena biaya produksi di atas harga jual.
Petani baru meraih laba jika NTP di atas 100 yang dicapai pada Agustus, 2023 dengan NTP 111,85. Kerugian petani sejak 2022 sampai pertengahan 2023 untuk sekali tanam dari luas sawah 2.000 m2, berdasarkan hasil kajian AB2TI di 50 kabupaten sentra padi, berkisar antara Rp250.000 hingga Rp1 juta.
Untuk mengatasi perubahan harga beras maka operasi pasar masih menjadi cara yang efektif. Sambil menunggu persediaan beras di Bulog mencukupi, masyarakat bisa membeli beras yang harganya lebih murah lewat operasi pasar.
Pemerintah stabilkan harga beras di pasar agar masih bisa terjangkau oleh masyarakat. Caranya dengan menambah persediaan beras di Bulog, agar stok terpenuhi dan bisa disalurkan ke seluruh Indonesia. Dengan adanya pasokan beras yang stabil dan operasi pasar maka masyarakat bisa menikmati beras dengan harga yang stabil.

)* Penulis adalah kontributor Persada Institut

Post Comment