Pemerintah Intensifkan Pemberantasan OPM Demi Stabilitas Keamanan Papua
Pemerintah Intensifkan Pemberantasan OPM Demi Stabilitas Keamanan Papua
Oleh : Ester Magai
Pemerintah berkomitmen penuh untuk memberantas gangguan keamanan yang ditimbulkan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) demi menjaga stabilitas dan keamanan di Papua.
Langkah-langkah ini bertujuan menciptakan situasi yang kondusif bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Papua, sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup dan pemanfaatan sumber daya alam di wilayah tersebut. Selain itu, pemerintah juga berupaya melibatkan masyarakat lokal dalam proses pembangunan agar mereka merasa lebih aman dan memiliki peran aktif dalam menjaga keamanan wilayahnya.
Dalam upaya menciptakan perdamaian dan stabilitas di Papua, pemerintah semakin intensif melakukan pemberantasan terhadap kelompok bersenjata ini. Langkah-langkah yang diambil meliputi pendekatan keamanan serta pembangunan infrastruktur sosial-ekonomi yang bertujuan memperkuat keutuhan Papua sebagai bagian tak terpisahkan dari Indonesia.
Pemerintah memperkuat operasi terpadu antara TNI dan Polri untuk memberantas OPM. Operasi ini bertujuan melumpuhkan kelompok-kelompok bersenjata yang kerap melakukan serangan terhadap warga sipil dan personel keamanan. Operasi ini juga menyasar jaringan logistik OPM serta membatasi ruang gerak mereka di daerah-daerah tertentu, terutama di pegunungan dan hutan-hutan Papua.
Teknologi dan informasi memainkan peran penting dalam upaya pemberantasan OPM. Pemerintah meningkatkan kemampuan intelijen untuk mendeteksi pergerakan dan komunikasi para pemberontak. Penggunaan drone serta sistem komunikasi yang lebih canggih juga diprioritaskan guna memantau aktivitas kelompok-kelompok bersenjata di daerah-daerah yang sulit dijangkau.
Selain melalui pendekatan militer, pemerintah juga berupaya merangkul tokoh-tokoh masyarakat dan adat Papua melalui dialog. Hal ini bertujuan meredam potensi konflik dengan pendekatan yang lebih humanis dan sesuai dengan kearifan lokal Papua. Pendekatan diplomasi juga dilakukan dengan melibatkan tokoh agama dan pemimpin adat Papua yang memiliki pengaruh besar di kalangan masyarakat setempat.
Di samping pendekatan keamanan, pemerintah juga memasifkan pendekatan kesejahteraan. Pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, bandara, dan fasilitas kesehatan serta pendidikan terus diakselerasi di Papua. Proyek infrastruktur ini tidak hanya bertujuan membuka akses bagi daerah-daerah terpencil, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.
Dalam jangka panjang, pemerintah berharap bahwa kesejahteraan dan pemerataan pembangunan di Papua akan menjadi kunci bagi stabilitas dan kedamaian di wilayah ini. Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan diyakini akan mengurangi ketimpangan sosial yang selama ini menjadi salah satu penyebab konflik.
Baru-baru ini, tersiar kabar baik tentang pembebasan pilot Susi Air yang diculik OPM oleh aparat keamanan. Markas besar TNI memastikan tidak akan melakukan penarikan maupun penambahan pasukan di Papua meski operasi pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, rampung terlaksana.
Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal TNI Hariyanto mengatakan keberadaan prajurit TNI dan personel Polri di Papua adalah dalam rangka membantu pemerintah meningkatkan pembangunan, perekonomian, dan kesejahteraan masyarakat.
Keberadaan TNI-Polri di wilayah Kabupaten Nduga telah berdampak positif dalam mencegah terjadinya gangguan yang dilakukan gerakan separatis. Menurut Hariyanto, gangguan yang kerap dilakukan kelompok separatis di Nduga, telah menyebabkan kehidupan sosial masyarakat di Nduga menjadi tidak normal.
Jika masih terdapat isu penarikan pasukan adalah bentuk provokasi OPM karena penambahan pasukan tetap akan dilakukan mengingat adanya Pilkada serentak. Sebelumnya, keberhasilan pendekatan soft approach dalam operasi pembebasan Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens dinilai menjadi upaya jitu dalam menangani konflik kemanusiaan di tanah Papua.
Peneliti dari Pusat Riset Kewilayahan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Profesor Cahyo Pamungkas mengatakan keberhasilan membebaskan Philip harus menjadi preseden bagi pemerintah, khususnya TNI-Polri dalam penanganan konflik di Papua.
Pendekatan keamanan yang dimaksud adalah TNI-Polri tidak lagi mengirimkan pasukan tambahan ke Papua. Menurutnya, keberadaan pasukan organik di Papua yang dimiliki Komando Daerah Militer dan Kepolisian Daerah sudah lebih dari cukup untuk menjaga kondusifitas.
Adapun Philip Mark Merhtens dibebaskan milisi OPM pimpinan Egianus Kogoya pada 21, September lalu, setelah disandera selama hampir 20 bulan lamanya di tanah Papua. Warga negara Selandia Baru itu disandera milisi Egianus setelah mendaratkan pesawat Susi Air dengan kode registrasi PK-BVY di bandara Paro, Kabupaten Nduga pada 7, September 2023 lalu.
Pemerintah berkomitmen untuk menjaga keutuhan Papua dan menciptakan kedamaian di wilayah tersebut. Upaya pemberantasan OPM yang semakin intensif merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk memastikan bahwa masyarakat Papua dapat hidup dengan aman dan sejahtera dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Meski tantangan masih ada, pendekatan terpadu yang melibatkan keamanan, pembangunan, dan dialog menjadi kunci dalam menciptakan stabilitas jangka panjang di Papua. Dengan kerjasama dari pemerintah, masyarakat lokal, hingga tokoh adat dan agama, harapan akan Papua yang damai dan stabil semakin mendekati kenyataan. Stabilitas di Papua tidak hanya penting bagi masyarakat setempat, tetapi juga bagi kemajuan Indonesia secara keseluruhan.
)* Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Post Comment