Pemerintah Optimal Ciptakan Stabilisasi Harga Beras Jelang Ramadhan dan Idul Fitri

Pemerintah Optimal Ciptakan Stabilisasi Harga Beras Jelang Ramadhan dan Idul Fitri

Oleh : Rivka Mayangsari

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan seluruh jajarannya agar memastikan ketersediaan bahan pangan, menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Presiden juga mengintruksikan untuk mempercepat penyaluran seluruh paket jaringan perlindungan sosial kepada masyarakat penerima. Hal ini untuk menjamin stabilisasi harga dan pasokan beras sehingga diharapkan masyarakat bisa beribadah dengan tenang dan khusyuk.

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi menyatakan bahwa harga beras premium di pasaran mulai berangsur stabil menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriah. Menurutnya, masyarakat tidak perlu khawatir karena harga beras mulai normal dan stabil. Dirinya menerangkan bahwa harga beras premium yang sempat tembus Rp17 ribuan, saat ini bertahap mulai turun dan kembali ke harga di kisaran Rp14 ribuan, begitu juga beras medium harga mulai stabil.

Masyarakat tidak perlu khawatir akan fluktuasi harga dan stok beras. Fluktuasi harga beras terkadang naik kemudian normal kembali, hal tersebut sebenarnya sudah menjadi siklus tahunan. Tahun ini panen memang agak mundur karena badai El Nino yang melanda dan kebutuhan pupuk petani yang mahal. Bayu mengatakan pasokan beras mendekati normal menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriah sehingga masyarakat tak perlu risau. Saat ini stok beras di gudang Bulog mencapai 1,4 juta ton.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengungkapkan, berdasarkan hukum pasar, jika pasokan barang melimpah, sementara permintaan sedikit harga akan turun. Masalah utama beras langka dan mahal di ritel modern disebabkan adanya pergeseran masa tanam dan masa panen. Seharusnya masa tanam dilakukan pada September 2023, tetapi mundur menjadi Desember 2023, lantaran adanya perubahan iklim.
Terkait hal ini Bulog terus melakukan berbagai langkah dan upaya dalam mengendalikan harga beras, sehingga dapat menjaga stabilitas di pasaran dan segera kembali ke kondisi normal. Bulog akan terus mengamankan stok cadangan beras pemerintah (CBP), baik melalui penyerapan hasil panen ataupun memanfaatkan kuota impor yang telah diberi penambahan 1,6 juta ton. Adapun menurut informasi terakhir yang diberikan, Bulog saat ini menguasai sekitar 1,39 juta ton beras CBP. Stok cadangan beras pemerintah di Bulog saat ini jumlahnya sangat cukup untuk kebutuhan penyaluran, kebutuhan selama puasa dan lebaran.
Ada 7 langkah Bulog dalam upaya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan khususnya beras, antara lain: Pertama, melakukan penyaluran bantuan pangan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang ditujukan kepada 22 juta keluarga Penerima Bantuan Pangan (PBP). Realiasi penyaluran Bantuan Pangan CBP selama Januari-Februari 2024 sebesar 330 ribu ton. Kedua, menyalurman beras SPHP melalui lebih dari 26 ribu warung dan kios di pasar-pasar serta outlet binaan di lokasi yang terjangkau konsumen. Hingga 28 Februari 2024, beras SPHP yang telah disalurkan sekitar 352 ribu ton. Ketiga, menambah stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dan kerjasama dengan PT Food Station Jakarta, baik dengan stok beras SPHP maupun beras premium (komersial) BULOG. Kegiatan ini diklaim mampu menaikan stok beras di PIBC (Pasar Induk Beras Cipinang), dari 30 ribu ton menjadi 37 ribu ton.
Keempat, penyaluran beras SPHP dan beras premium (komersial) juga dilaksanakan melalui jaringan ritel modern baik nasional maupun lokal. Puluhan ribu ton beras dilaporkan telah tersalur selama periode Januari-Februari 2024. Kelima, menginisiasi program Bulog Siaga (akSI jAga harGA) yang melakukan penjualan langsung ke konsumen di lokasi yang terjangkau. Total titik penjualan telah mencapai 52 titik di DKI Jakarta dan Jawa Barat, dan target ditingkatkan hingga 100 titik. Keenam, mengamankan stok pemerintah melalui penyelenggaraan CBP maupun pengelolaan komoditi pangan komersial untuk pelaksanaan tugas selanjutnya sampai dengan akhir tahun. Dan ketujuh, memantau perkembangan panen di daerah-daerah sentra produksi yang akan menjadi potensi dalam penyerapan gabah beras dalam negeri untuk memperkuat Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).
Pengalaman menunjukkan setiap jelang Ramadan dan Idul Fitri harga barang kebutuhan pokok sering melambung. Wajar jika Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan jajarannya untuk mengantisipasi. Beberapa bulan sebelum Ramadan harga bahan pokok, khususnya beras, sudah mulai naik. Seandainya tidak diantisipasi dengan matang, dikhawatirkan harganya terus meroket.
Tingginya harga beras di pasaran disebabkan, karena faktor perubahan iklim yang menyebabkan petani mengalami gagal panen. Meski kondisi ini sudah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah tetap berkomitmen menjaga ketersediaan beras di pasaran.
Tidak hanya beras, pemerintah terus mengantisipasi segala kenaikan barang kebutuhan pokok lainnya. Saat ini ada sejumlah komoditas yang harganya sudah tinggi, misalnya telur dan gula pasir. Demi memastikan masyarakat dapat beribadah dengan tenang dan khusyuk sepanjang Ramadan, pemerintah tengah membuat kebijakan untuk menekan harga barang kebutuhan pokok. Selain itu pembagian beragam paket bantuan sosial juga sedang dipercepat.

)* Penulis adalah Pemerhati masalah Sosial

Post Comment