Pemuda Harus Pahami Konteks Pelanggaran HAM Papua, BEM Jangan Terbalik Bela KST

Pemuda Harus Pahami Konteks Pelanggaran HAM Papua, BEM Jangan Terbalik Bela KST

Oleh : Ensy Fonataba

Para pemuda penerus generasi bangsa harus mampu memahami bagaimana dan seperti apa sebenarnya konteks pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) sebenarnya yang terjadi di Tanah Papua. Dengan adanya pemahaman yang baik tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) justru jangan sampai terbalik terkesan membela Kelompok Separatis dan Teroris (KST) di Bumi Cenderawasih.

Memang adanya pemahaman konteks mengenai permasalahan apapun dan isu apapun merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh seluruh elemen masyarakat, terlebih bagi para pemuda serta mahasiswa yang mereka sebenarnya sudah sangat mudah atau terbiasa dalam mengakses segala jenis kebutuhan informasi di media sosial dan dunia digital.

Terlebih, mengenai konteks pelanggaran HAM yang terjadi di Papua, tentunya jika terdapat pemahaman yang keliru terkait hal tersebut jelas akan sangat membuat tindakan hingga penyikapan menjadi salah pula. Seharunya para pemuda itu membela dan menunjukkan rasa cinta Tanah Air, malah karena pemahaman yang keliru, mereka bisa terkesan terbalik untuk membela KST Papua.

Karena media sosial dan dunia digital saat ini sudah sangat maju berkembang pesat sedemikian rupa sehingga memungkinkan siapapun mampu mengakses pemberitaan atau narasi dan informasi dengan bentuk apapun, maka sudah barang tentu penting memiliki filterisasi diri agar tidak mudah terjerumus ke dalam berita bohong atau hoaks.
Selain itu, memahami bagaimana peranan kuat dari media sosial dan dunia digital dalam membentuk wacana atau perspektif generasi muda penerus bangsa jaman sekarang, tidak jarang KST Papua juga memanfaatkan kemajuan teknologi itu untuk menyebarluaskan propaganda dan menyebarkan provokasi serta berita hoaks di sana.
Bukan tidak mungkin para pemuda, meski mereka dari kalangan terdidik atau intelektual sekalipun, ternyata jika mereka termakan isu hoaks yang dilepaskan oleh gerombolan separatis di Bumi Cenderawasih itu, mereka justru akan berpandangan lain dan justru malah membela kelompotan yang berupaya untuk terus merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tersebut.
Semua kalangan pemuda, termasuk dari kalangan terpelajar seperti mahasiswa hingga mereka yang menduduki jabatan dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari seluruh universitas bahkan hingga kampus ternama negeri sekalipun seperti Universitas Indonesia (UI) diharapkan jangan sampai terpengaruh hasutan dan provokasi KST Papua sehingga justru dengan terbalik melihat adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di provinsi paling Timur di Tanah Air itu.
Jangan sampai justru generasi muda penerus bangsa yang seharusnya menjadi agen perubahan serta mampu berkontribusi positif pada kemajuan negeri itu malah membela kelompok separatis dan teroris pada saat aparat keamanan Republik Indonesia (RI) dari pasukan gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) hingga Badan Intelijen Negara Republik Indonesia (BIN RI) terus berjibaku memberikan perlindungan bagi seluruh masyarakat di Bumi Cenderawasih.
Ketua Umum (Ketum) Persatuan Putra dan Putri Angkatan Darat (PPAD), Isfan Fajar Satrio menjelaskan bahwa sejatinya seluruh aparat keamanan dari segenap personel merupakan alat negara untuk memastikan agar warga tidak sampai terkena serangan atau dampak teror dari KST Papua.
Tentunya dalam hal ini, aparat keamanan RI jelas memiliki perhitungan yang sangat matang dan akurat jika melihat adanya pergerakan atau potensi serangan yang sangat membahayakan bagi seluruh masyarakat di Bumi Cenderawasih.
Maka dari itu, apabila aparat keamanan memberlakukan tindakan yang tegas dan terukur, jangan sampai kemudian justru dianggap dan disalahartikan bahwa seolah aparat sedang bermain hakim sendiri atau tidak menjunjung prinsip HAM.
Sebaliknya, jika masih saja ada pihak pemuda atau BEM yang seolah menunjukkan sikap bahwa mereka membela KST Papua, maka sama saja mereka mendukung musuh negara dan tidak membela harkat martabat negaranya sendiri.
Kehadiran aparat keamanan pasukan gabungan, baik itu dari personel TNI, Polri ataupun BIN di Tanah Papua sendiri jelas untuk membela seluruh warga, terlebih dari masyarakat sipil orang asli Papua (OAP) sendiri supaya hak asasi mereka tidak sampai direnggut oleh gerombolan separatis dan teroris di sana.
Perlu diketahui bahwa Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua merupakan para pengganggu yang bahkan eksistensi mereka sudah diakui oleh dunia bahwa mereka tidak lebih dari hanya segelintir pihak yang terus berupaya menimbulkan kekacauan di tengah nyaman dan damainya Bumi Cenderawasih.
Untuk itu, bangsa Indonesia dan aparat keamanan harus mampu mengambil langkah serta tindakan yang sangat tegas, namun tetap menjunjung tinggi nilai kehumanisan untuk bisa melawan KST Papua. Sejauh ini aparat keamanan RI sudah melakukan seluruh hal tersebut dengan sangat baik, bahkan jika dibandingkan sebenarnya langkah negara lain jika berhadapan dengan kelompok teroris bisa jadi jauh lebih kejam daripada di Indonesia yang sangat humanis.
Oleh karenanya, para pemuda hendaknya harus lebih memahami dan mengetahui bagaimana konteks pelanggaran HAM yang sebenarnya terjadi di Papua. Pihak BEM yang sebenarnya merupakan generasi muda terdidik jangan sampai salah dalam memahami konteks itu dan justru terbalik membela KST yang sudah jelas banyak sekali melakukan pelanggaran HAM berat.

)* Mahasiswa asal Papua tinggal di Jakarta

Post Comment