Pemuka Agama Berperan Cegah Gesekan Jelang Pemilu 2024

Pemuka Agama Berperan Cegah Gesekan Jelang Pemilu 2024

Oleh : Farrel Haroon Jabar

Para pemuka agama memiliki peranan yang sangat penting untuk bisa membantu mencegah terjadinya kemungkinan atau potensi gesekan di masyarakat secara horizontal, utamanya ketika menghadapi tahun politik seperti sekarang ini, yang mana kondisi menjadi semakin memanas dengan banyaknya isu yang beredar di tengah masyarakat.

Menjelang perhelatan pesta demokrasi dan kontestasi politik, yakni Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024 mendatang, sejumlah tokoh mulai berpesan kepada masyarakat untuk bisa terus meningkatkan kehati-hatian mereka dan juga jauh lebih mampu untuk memiliki pola pikir yang matang, utamanya adalah dalam memilih pemimpin.

Mengenai hal tersebut, tokoh ulama atau pemuka agama sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bandung Barat (KBB), K.H. Muhammad Ridwan menuturkan bahwa adanya gesekan yang sempat terjadi di Indonesia tatkala melaksanakan Pemilu pada periode sebelumnya, yakni pada tahun 2014 dan 2019 harus menjadi bahan pengingat dan juga evaluasi.

Bagaimana tidak, pasalnya memang terjadinya pesta demokrasi pemilihan umum pada tahun periode tersebut bisa dikatakan telah terjadi polarisasi yang cukup kuat diantara masyarakat di Tanah Air, dengan terpecahnya masyarakat menjadi 2 (dua) kubu besar, sehingga dari kasus itu, memang menjadi sangat penting bagi semua pihak bahwa persatuan bangsa tetap harus berada di atas segalanya.

Maka dari itu, masyarakat sendiri juga harus bisa berkaca dan mengevaluasi diri masing-masing dari bagaimana perhelatan kontestasi politik di tahun 2014 dan 2019 tersebut, sehingga dengan itu, hendaknya masyarakat mampu untuk lebih menahan diri mereka dan tidak menuruti ego, khususnya dalam tahun politik mendatang, yakni pada 2024.
Keramaian akan kontestasi Pemilu 2024 sendiri memang semakin ke sini mulai semakin terasa dan juga panggung politik menjadi semakin memanas dengan banyaknya isu yang beredar di tengah masyarakat, khususnya isu-isu tersebut berasal dan tersebar melalui media sosial dan internet.
Tentunya dengan sekian banyak isu yang mungkin saja berpotensi untuk memecah belah dan mengancang persatuan masyarakat Tanah Air itu, harapan besar yang mampu untuk terus menjaga kerukunan berbangsa, yakni berada di tangan masyarakat sendiri. Sehingga hendaknya seluruh lapisan masyarakat di manapun, termasuk mereka yang ada di daerah dan kota harus bisa lebih berhati-hati dan mematangkan pola pikir, utamanya ketika menghadapi keramaian politik yang semakin memanas ini.
Sejatinya, semua partai politik adalah baik, karena pastinya mereka memiliki mekanisme dan pengkaderan tertentu, yang juga bertujuan untuk kebaikan bangsa dan masyarakat sendiri dengan ideologi yang mereka usung. Pastinya, seluruh partai politik sangat menginginkan agar kesejahteraan masyarakat meningkat dan lain sebagainya.
Bukan hanya partai politik, bahkan tentunya semua calon yang mereka usung untuk bisa maju dan menjadi peserta Pemilu 2024 juga merupakan orang-orang atau para kader yang sangat baik dari partai mereka dan dinilai menjadi seorang yang berkompeten untuk bisa melaksanakan amanah jabatan tersebut.
Dengan memiliki perspektif semacam itu, bahwa mengganti semua prasangka buruk menjadi baik dan mengamini kalau semua partai politik dan semua calon peserta Pemilu yang sedang berkontestasi itu juga merupakan orang-orang yang baik pula, maka setidaknya masyarakat tidak akan menjadi mudah untuk termakan isu tertentu yang beredar di media sosial.
Ketika prasangka baik terus digaungkan, maka secara otomatis pula, masyarakat bisa jauh lebih mampu untuk merefleksikan diri sendiri dan meliat apa saja yang sudah terjadi sebelumnya, termasuk segala kesalahan yang mungkin pada tahun periode politik sebelumnya, khususnya pada 2024 dan 2019 dilakukan, akan tidak pernah diperbuat lagi dan kesalahan-kesalahan lalu bisa ditinggalkan.
Terlihat bahwa pada periode Pemilu 2014 dan 2019 tersebut, bisa dikatakan kalau tidak sedikit diantara masyarakat yang telah termakan oleh sejumlah isu yang bergulir di media sosial dan internet sehingga polarisasi pun tidak dapat dihindari lagi, termasuk juga banyak diantara masyarakat yang dalam memberikan dukungan kepada salah satu partai politik (parpol) dan juga salah satu calon pemimpin tertentu dengan sangat fanatik sehingga secara otomatis juga justru memunculkan kebencian kepada lawan dari calon pemimpin yang mereka dukung.
Daripada terus berkutat pada hal-hal yang buruk tersebut, alangkah jauh lebih baik apabila justru hal-hal yang bagus bisa terus dilanjutkan dengan meninggalkan beberapa kekurangan dalam perhelatan Pemilu tahun periode sebelumnya. Menjadi penting pula untuk semua masyarakat untuk tidak menjelek-jelekkan apalagi menghinakan orang lain hanya demi kepentingan politik saja.
Memang Indonesia adalah merupakan sebuah negara yang menjunjung asas demokrasi dalam menjalankan pemerintahannya, termasuk hal itu yang melandasi adanya Pemilu, yang mana siapa pemimpin selanjutnya ditentukan secara langsung oleh rakyat. Sehingga dengan adanya demokrasi, tentu harus dianggap lumrah pula apabila antar satu dan lain individu memiliki pilihan politik yang berbeda satu sama lain. Dengan adanya kesadaran tersebut, maka akan mampu untuk mencegah terjadinya gesekan di tahun politik, yang mana juga peranan untuk terus saling mengingatkan itu menjadi penting pula, khususnya dilakukan oleh beberapa tokoh masyarakat tertentu seperti pemuka agama.

)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara

Post Comment