Perbedaan Politik Jangan Sampai Timbulkan Perpecahan
Perbedaan Politik Jangan Sampai Timbulkan Perpecahan
Oleh : Maya Naura Lingga
Pemilu 2024 sudah di depan mata dan sebentar lagi masa kampanye. Masyarakat diharap untuk tetap bersatu meski memiliki pandangan politik yang berbeda-beda. Tak seharusnya perbedaan politik menimbulkan perpecahan, karena Indonesia harus damai meski ada pendukung partai dan calon presiden yang berbeda.
Pemilu adalah gelaran akbar yang diselenggarakan 5 tahun sekali dan masyarakat menantinya dengan antusias, karena ingin mendapatkan calon pemimpin baru. Sejak era reformasi para WNI dibebaskan untuk memilih calon presidennya sendiri, bukan seperti dulu yang memilih partai dan calonnya itu-itu saja.
Pemilu menjadi ajang yang mendebarkan karena hasilnya bisa saja di luar prediksi.
Seluruh rakyat diminta untuk menjaga perdamaian dan kerukunan antar umat jelang Pemilu.
Salah satu yang rawan dalam Pemilu adalah perbedaan pilihan politik. Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin menyatakan bahwa perbedaan pandangan dan pilihan politik pada Pemilu 2024 tidak akan menimbulkan perpecahan di antara masyarakat karena kuatnya tali persaudaraan.
Wapres melanjutkan, Pemilu sudah disepakati di Indonesia, sehingga masyarakat dapat menyikapi perbedaan pilihan politik dengan berbesar hati. Pemilu sudah berkali-kali, artinya sudah biasa. Sikap legowo yang diperlukan dalam menghadapi Pemilu, karena hal ini merupakan sistem yang disepakati dalam penyelenggaraan negara tidak boleh ada permusuhan yang ditimbulkan akibat perbedaan pandangan politik.
Perbedaan merupakan sebuah kewajaran dan dapat disikapi secara bijaksana.
Dalam artian, meski ada perbedaan pandangan politik, pilihan partai, atau calon presiden (capres), tetapi seluruh masyarakat Indonesia harus damai. Tidak boleh ada perpecahan di antara warga hanya karena membela capres yang berbeda.
Masyarakat harus berkaca dari Pemilu tahun 2014 dan 2019 lalu di mana nyaris ada perpecahan menjadi dua kubu. Saat itu ada peperangan komentar di media sosial dan satu pihak menyebut pihak lain dengan sebutan yang tidak sopan. Jangan ada perpecahan seperti ini lagi demi kesuksesan Pemilu 2024.
Pemilu menjadi ajang yang mendebarkan karena hasilnya bisa saja di luar prediksi. Sejak era reformasi para WNI dibebaskan untuk memilih calon presidennya sendiri, bukan seperti dulu yang memilih partai dan calonnya itu-itu saja. Namun dengan kebebasan ini bukan berarti masyarakat bebas juga saling menghina ketika ada perbedaan pandangan politik, karena persatuan harus dijaga.
Ingatlah bahwa bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Jangan sampai perbedaan pandangan politik dimanfaatkan oleh provokator sehingga media sosial memanas dan menimbulkan peperangan komentar (twit-war). Meski ‘hanya‘ di media sosial, komentar harus dijaga, karena ada UU ITE yang bisa menjerat masyarakat yang berkomentar negatif dan memaki-maki orang lain yang pandangan politiknya berbeda.
Sementara itu, Nuryakin, Sekretaris Daerah Kalimantan Tengah, menyatakan bahwa MUI diharap untuk membina umat dan menjaga toleransi, terutama jelang Pemilu 2024.
Nuryakin menambahkan, Kalimantan Tengah selama ini sudah rukun dan damai serta memiliki falsafah Huma Betang yang artinya mengedepankan kejujuran dan musyawarah mufakat. Oleh karena itu ia meminta MUI dan segenap pihak lain untuk turut menjaga perdamaian menjelang Pemilu, agar tidak ada kerusuhan yang menyakitkan warga Borneo.
Dalam pelaksanaan Pemilu 2024 dengan adanya berbagai perbedaan pilihan maupun pandangan politik diharapkan tidak akan mengganggu jalinan silaturahmi maupun kerukunan di tengah masyarakat. Perbedaan tersebut sangatlah wajar sebagai implementasi dari demokrasi.
MUI diminta untuk menjembatani perbedaan di tengah masyarakat. Meski ada kelompok yang mendukung calon legislatif atau calon presiden berbeda tetapi jangan sampai ada pertikaian. Oleh karena itu para ulama MUI bertugas untuk menghimbau umatnya agar tetap tenang dan tidak terpancing oleh provokator yang bisa saja mengacaukan Pemilu dengan sengaja.
Para ulama dari MUI sangat memiliki pengaruh besar di masyarakat dan mereka dihormati banyak orang. Para ulama berdakwah dengan penuh kelembutan dan mengajak umat untuk mendukung segala jenis program pemerintah, termasuk Pemilu 2024. Jika ulama yang menyeru maka rakyat akan menurut karena bagi mereka ucapan para alim ulama wajib untuk diikuti.
Ketika ulama MUI mengajak umat untuk menjaga perdamaian sebelum Pemilu maka tidak akan ada pertengkaran gara-gara isu SARA. Isu suku, agama, ras, dan antar golongan sangat sensitif, apalagi saat ada statement tidak berdasar bahwa seorang calon presiden harus dari keyakinan dan suku tertentu. Ulama MUI diharap untuk menjaga perdamaian dan meredakan isu-isu liar seperti itu.
Dalam mensukseskan Pemilu 2024 memang diperlukan komitmen berbagai pihak karena KPU tidak bisa bekerja sendiri. Butuh dukungan dari masyarakat, kementrian dan aparat keamanan agar Pemilu berjalan dengan lancar dan damai. Jika Pemilu lancar maka akan menguntungkan karena tidak ada drama kecurangan atau bahkan tragedi memilukan yang mengiringi prosesi Pemilu 2024.
Perbedaan pandangan politik, partai, dan capres, jangan sampai menimbulkan perpecahan. Masyarakat dihimbau untuk menjaga perdamaian di Indonesia. Negeri ini adalah negara demokrasi sehingga saat ada orang lain yang pilihan politiknya berbeda, harus dihormati.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara
Post Comment