Perekonomian Indonesia Optimis Tumbuh Positif di Tengah Gejolak Global
Perekonomian Indonesia Optimis Tumbuh Positif di Tengah Gejolak Global
Oleh: Sigit Handoyo
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 memancarkan optimisme yang didasarkan pada berbagai faktor fundamental yang kuat dan kebijakan pemerintah yang proaktif. Ekonomi Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu yang terbesar dan paling dinamis di Asia Tenggara, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan meskipun menghadapi tantangan global.
Salah satu pendorong utama dari proyeksi ini adalah stabilitas politik dan kebijakan fiskal yang berkelanjutan.
Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap reformasi struktural dan pembangunan infrastruktur, yang diharapkan akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan menarik lebih banyak investasi asing. Infrastruktur yang baik akan mengurangi biaya logistik dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.
Selain itu, sektor konsumsi domestik yang kuat juga menjadi pilar penting. Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan kelas menengah yang terus berkembang, daya beli masyarakat Indonesia memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan per kapita dan pertumbuhan lapangan kerja.
Presiden Joko Widodo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 menjadi topik yang sangat relevan dan menarik untuk dianalisis. Di tengah berbagai tantangan global dan domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap positif, meskipun terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerjanya.
Pertama, warisan kebijakan infrastruktur yang masif selama dua periode pemerintahan Presiden Jokowi menjadi fondasi kuat bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi. Pembangunan jalan tol, bandara, pelabuhan, dan proyek infrastruktur lainnya telah meningkatkan konektivitas dan efisiensi logistik, yang pada gilirannya memperkuat basis ekonomi nasional. Peningkatan infrastruktur ini diharapkan akan terus memberikan dampak positif terhadap aktivitas ekonomi di berbagai sektor, termasuk perdagangan, manufaktur, dan pariwisata.
Lembaga pemeringkat Moody’s memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 masih akan bergerak di level 5,1%. Ditopang oleh kuatnya potensi pertumbuhan kredit, meski tren suku bunga acuan Bank Indonesia tengah tinggi. Senior Vice President Moody’s Ratings, Eugene Tarzimanov mengatakan pihaknya masih menargetkan pertumbuhan PDB riil Indonesia sebesar 5,1% pada 2024.
Eugene mengatakan, penyaluran kredit perbankan di Indonesia masih akan sangat kuat, karena permintaan kredit masih tinggi, terutama untuk sektor-sektor seperti manufaktur hingga agrikultur yang ia perkirakan akan memperoleh berkah dari fluktuasi harga komoditas. Pihaknya juga memperkirakan, pertumbuhan kredit di Indonesia pada tahun 2024 masih akan tumbuh di kisaran 10% sampai dengan 12%. Per Maret 2024, OJK pun telah mencatat pertumbuhan penyaluran kredit perbankan mencapai 12,4% secara tahunan dari Februari 2024 yang tumbuh 11,28%.
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,06 persen pada tahun 2024. Hal ini diiringi dengan berakhirnya rangkaian tahapan Pilpres yang akan mendorong keyakinan pelaku ekonomi untuk melakukan ekspansi. Tidak hanya itu, Andry mengatakan dengan dimulainya tahapan Pilkada nanti, juga dapat memberikan dorongan terhadap pertumbuhan konsumsi.
Senada dengan Andry, Head of Macroeconomic and Financial Market Research PermataBank Faisal Rachman turut memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung datar atau flat di kuartal kedua 2024 atau berada di angka 5,1 persen secara tahunan (year-on-year/YoY). Akan tetapi, memasuki kuartal kedua, Faisal mengingatkan bahwa sepanjang Mei terdapat banyak libur nasional dan cuti bersama. Momentum ini dapat dimaksimalkan dari sisi pengeluaran konsumsi pada sektor-sektor tertentu seperti pariwisata dan aktivitas belanja yang bersifat leisure.
Namun demikian, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi. Ketidakpastian ekonomi global, seperti fluktuasi harga komoditas dan ketegangan perdagangan internasional, dapat mempengaruhi ekspor Indonesia. Selain itu, tekanan inflasi dan perubahan kebijakan moneter global dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi domestik. Oleh karenanya, kebijakan ekonomi yang adaptif dan responsif sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Selain itu, diversifikasi ekonomi menjadi strategi penting yang harus terus didorong. Mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah dan memperkuat sektor-sektor lain seperti manufaktur, pariwisata, dan ekonomi digital akan memberikan ketahanan yang lebih besar terhadap guncangan eksternal.
Keberlanjutan reformasi struktural yang telah dimulai selama pemerintahan Presiden Jokowi pun menjadi kunci. Reformasi di sektor pajak, deregulasi, dan peningkatan iklim investasi harus dilanjutkan untuk meningkatkan daya saing Indonesia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan vokasi juga menjadi prioritas untuk memastikan tenaga kerja yang kompeten dan produktif.
Di sisi lain, keberhasilan dalam menangani pandemi COVID-19 dan upaya pemulihan ekonomi pasca-pandemi juga memainkan peran penting dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024. Program vaksinasi yang berhasil serta kebijakan stimulus ekonomi yang tepat sasaran telah membantu memulihkan kepercayaan bisnis dan konsumen, yang menjadi pendorong utama aktivitas ekonomi.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 di akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo diperkirakan berada pada kisaran 5-6%. Angka ini mencerminkan optimisme terhadap keberlanjutan reformasi dan dampak positif dari pembangunan infrastruktur. Namun demikian, tetap diperlukan kewaspadaan dan kesiapan untuk menghadapi tantangan eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Dengan komitmen yang kuat dari semua pihak, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di masa mendatang.
)* Penulis merupakan pengamat ekonomi
Post Comment