Siaga Tempur Aparat Keamanan Demi Berantas KST
Siaga Tempur Aparat Keamanan Demi Berantas KST
Oleh : Charles Tabuni
TNI melaksanakan operasi siaga tempur dalam rangka pemberantasan Kelompok Separatis dan Teroris (KST). Kelompok separatis tersebut sudah sangat keterlaluan dan menyengsarakan warga Papua. Oleh karena itu diadakan operasi militer secara intensif untuk menghalau KST, agar mereka tidak menyakiti rakyat Papua.
KST sedang dikejar oleh Satgas Damai Cartenz demi keamanan masyarakat Papua. Kelompok separatis ini sudah melewati batas dengan menyerang penduduk dan aparat, serta mengancam rakyat secara psikis. Papua harus diamankan, oleh karena itu pemberantasan KST terus dilakukan dan markas-markasnya terus dicari.
Dalam rangka pemberantasan KST maka TNI memutuskan untuk mengadakan operasi siaga tempur. TNI meningkatkan operasi militer dari pendekatan halus (soft approach) menjadi operasi siaga tempur di beberapa daerah yang dianggap rawan aksi teror kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua.
Dalam hal ini siaga tempur adalah status operasi militer yang menuntut seorang prajurit untuk waspada atas ancaman serangan musuh.
Pengamat militer Connie Rahakundini menyatakan bahwa dalam konteks militer biasa dikenal dengan istilah warning white atau status aman, begitu mendekati mandala perang naik menjadi warning yellow di mana setengah pasukan sudah dalam posisi siaga perang, tetapi begitu masuk mandala perang, status sudah berubah menjadi warning red alias sudah operasi tempur penuh.
Dalam artian, kondisi siaga tempur terjadi ketika keadaan terdesak. Papua menjadi tempat operasi siaga tempur karena KST melakukan penyerangan nyaris berturut-turut dan membuat kerugian yang sangat besar. Pesawat dibakar, begitu juga dengan sekolah dan pemukiman penduduk. Markas aparat juga diserang dan membuat banyak kerugian.
Selain itu, operasi siaga tempur dilakukan karena KST sudah keterlaluan dan menyerang sampai menimbulkan korban jiwa. Menurut Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhiri, sepanjang tahun 2022 serangan KST menimbulkan 53 korban jiwa dan lebih dari 200 korban luka-luka.
Dalam artian, di antara korban ada warga sipil dan operasi siaga tempur dilakukan agar tidak ada lagi masyarakat Papua yang menjadi korban keganasan KST. Masyarakat harus dilindungi dari kelompok separatis tersebut. Oleh karena itu operasi siaga tempur dilakukan untuk menjaga keamanan di Bumi Cendrawasih.
Sementara itu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyatakan bahwa tidak semua daerah di Papua siaga tempur darat, hanya ada di Nduga dan wilayah rawan lainnya. Dalam artian, operasi ini tidak mengubah Papua menjadi DOM (Daeran Operasi Militer) seperti yang terjadi di Aceh di era Ore Baru. Namun dilakukan untuk mengamankan wilayah Nduga dan daerah lain yang sangat rawan serangan KST.
Operasi siaga tempur dilakukan untuk menyelamatkan rakyat Papua. Apalagi KST juga beberapa kali membunuh warga sipil, seperti saat ada kasus pembunuhan anak SMA bernama Ali Mom. Ia dituduh jadi mata-mata aparat, karena sering masuk ke markas TNI. Padahal ia ke sana untuk bertanya-tanya, karena memiliki cita-cita jadi tentara.
Serangan KST yang ngawur ini harus ditindak agar tidak ada korban selanjutnya. Kekejaman KST sudah termasuk kategori pelanggaran HAM berat, karena lawannya tidak membawa senjata untuk membela diri.
Warga sipil di Bumi Cendrawasih mendukung operasi siaga tempur untuk penangkapan KST. Penyebabnya karena mereka sudah lelah dengan berbagai teror yang dilakukan oleh kelompok separatis tersebut. Selain ada teror secara fisik juga ada teror secara mental, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Masyarakat mendukung TNI untuk melakukan operasi siaga tempur karena merupakan upaya pemberantasan KST. Mereka sadar bahwa aparat adalah sahabat rakyat. Oleh karena itu kedatangan aparat sangat disambut karena tujuannya untuk mengamankan warga Papua. Operasi siaga tempur didukung penuh demi perdamaian di Bumi Cendrawasih.
Penangkapan KST jadi agenda wajib bagi aparat keamanan di Papua, karena mereka juga menghambat pembangunan di Papua. Saat ada pembuatan jalan trans Papua maka KST melakukan penyerangan terhadap pekerja proyek. Para pekerja harus dikawal oleh aparat, agar aman dari tembakan KST.
Selain itu, KST juga menghambat pembangunan di bidang pendidikan, karena mereka menembak para guru dan membakar gedung sekolah. Padahal jika tidak ada pendidikan, anak-anak Papua bisa suram masa depannya. Mereka jelas salah karena pendidikan sangat penting, agar orang asli Papua terus maju dan menjadi calon pemimpin selanjutnya. Oleh karena itu operasi siaga tempur dilakukan agar pembangunan di Papua lancar.
Pasukan TNI melakukan operasi siaga tempur demi keamanan di Papua. KST harus segera dimusnahkan di Bumi Cendrawasih. Mereka tidak merepresentasikan kebudayaan Papua dan mencoreng nama baik orang asli Papua. Aparat adalah sahabat rakyat dan ingin agar Bumi Cendrawasih selalu aman, tanpa ada anggota KST yang berkeliaran dan meneror masyarakat.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta
Post Comment