Strategi Ekspor dan Konsumsi RI Redam Potensi Pelemahan Ekonomi
Jakarta – Indonesia tengah menghadapi tantangan ekonomi global yang berpotensi menekan kinerja perdagangan luar negeri. Untuk meredam dampaknya, para ekonom mendorong pemerintah segera memperkuat strategi ekspor dan memperluas konsumsi dalam negeri guna menjaga daya tahan perekonomian nasional.
Direktur dan Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adinegara menilai kekuatan diplomasi Indonesia yang kini berada di peringkat keenam dunia menjadi modal penting dalam membuka pintu kerja sama perdagangan dengan negara-negara potensial.
“Impor Indonesia ke China juga sudah tumbuh 33% di 2024,” kata Bhima.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2025, selain Amerika Serikat dan China, Indonesia masih memiliki 10 negara tujuan ekspor utama seperti India, Jepang, Malaysia, Singapura, Filipina, serta negara-negara di kawasan Uni Eropa yang secara konsisten menyumbang surplus neraca dagang.
Namun, Bhima menekankan pentingnya perluasan pasar ekspor ke kawasan non-tradisional. Ia menyoroti kontribusi ekspor Indonesia ke ASEAN yang baru mencapai 18% untuk komoditas non-migas. Peluang ekspor masih sangat terbuka lebar ke kawasan Asia Selatan, Timur Tengah, Amerika Latin, hingga Kepulauan Pasifik.
“Pasar alternatif ini sangat potensial untuk dikembangkan, terutama jika melihat tren permintaan produk halal, makanan olahan, serta kebutuhan bahan baku industri di negara-negara tersebut,” tambah Bhima.
Senada dengan Bhima, Ekonom dan Guru Besar Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, menegaskan perlunya formulasi strategi ekspor yang progresif dan berkelanjutan.
“Diversifikasi pasar menjadi kunci. Indonesia punya peluang besar untuk menggarap lebih dari 50 negara anggota OKI, serta mitra strategis seperti ASEAN dan BRICS,” ujarnya.
Menurut Syafruddin, produk-produk unggulan seperti pertanian, makanan halal, tekstil, hingga barang konsumsi kelas menengah bisa menjadi komoditas ekspor andalan ke pasar-pasar baru tersebut.
Ia juga menekankan pentingnya pembangunan sistem promosi ekspor yang terfokus, percepatan perjanjian perdagangan bilateral maupun multilateral, serta dukungan logistik dan pembiayaan yang kompetitif.
“Pemerintah harus menyiapkan desain strategi nasional yang terukur dan tidak reaktif. Pasar seperti Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Latin sangat terbuka bagi produk Indonesia, tapi perlu pendekatan yang terencana dan terstruktur,” tutup Syafruddin.
Dengan strategi ekspor yang adaptif dan dorongan konsumsi domestik yang kuat, Indonesia diharapkan mampu menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian.
Post Comment