Sukseskan Pemilu 2024, Masyarakat Harus Mampu Tangkal Radikalisme dan Hoaks

Sukseskan Pemilu 2024, Masyarakat Harus Mampu Tangkal Radikalisme dan Hoaks

Oleh : Vania Salsabila Pratama

Menjelang Pemilu 2024 masyarakat membantu kelancarannya dengan cara menangkal radikalisme. Penyebabnya karena terorisme dan radikalisme merupakan ancaman yang bisa menggagalkan Pemilu. Selain itu, hoaks dan propaganda wajib dihindari, karena mengakibatkan kekacauan di tengah masyarakat.

Pemilu 2024 sudah di depan mata dan sebentar lagi masa kampanye. Ketika masa kampanye maka mendebarkan karena masyarakat melihat promosi dari calon presiden (Capres) dan partai-partai di Indonesia. Mereka kemudian menanti siapa partai dan capres pemenang Pemilu, karena tahun 2024 nanti Indonesia punya presiden baru.

Namun sayang ketika masa kampanye dimulai, hoaks bertebaran di dunia maya. Masyarakat juga wajib mewaspadai serangan kelompok radikal yang bisa melakukan penyerangan saat kampanye Pemilu dilakukan. Kelompok radikal dan teroris juga sengaja menyebarkan propaganda dengan tujuan menggagalkan Pemilu 2024.

Badan Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik) Kabupaten Batang terus berupaya melakukan pencegahan paham radikalisme terlebih menjelang pesta demokrasi atau Pemilu 2024.

Sosialisasi cegah tangkal paham radikal di Kabupaten Batang menghadirkan berbagai ormas.

Dalam kegiatan tersebut, Kesbangpol Kabupaten Batang menghadirkan narasumber dari KBO Intelkam Polres Batang Iptu Samsul Ma’arif, anggota Tim Intel Korem 071/Wijaya Kusuma wilayah Kabupaten Batang, Rudhi HR.

Kepala Kesbangpol Kabupaten Batang, Agung Wisnu Barata menyampaikan, intoleransi adalah orientasi negatif atau penolakan seseorang terhadap hak-hak politik dari kelompok yang tidak disetujui. Intoleransi bersifat eksklusif, paling merasa benar, dan tidak siap menghadapi perbedaan

Agung Wisnu Barata melanjutkan, sifat radikalisme berubah dengan cepat, menggunakan kekerasan, dan mengatasnamakan paham keagamaan. Terorisme bersifat menghalalkan segala cara dan semangat melangit pemahaman nihil dan merasa terasing.

Paham radikalisme, saat ini polanya mengalami perubahan yakni memanfaatkan teknologi informasi media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, WhatsApp, hingga Telegram.

Oleh karena itu diadakan pencegahan agar hoaks dan propaganda tidak beredar dengan luas. Jurnalis Yosep Adi Prasetyo mengatakan, pemberantasan berita-berita hoaks masih akan menjadi pekerjaan utama yang harus diselesaikan oleh jajaran anggota Dewan Pers.

Anggota kelompok radikal saat ini juga tersebar di dunia maya dan sengaja membuat situs serta akun-akun khusus di media sosial. Tujuan mereka adalah untuk menyebarkan radikalisme, terorisme, dan menggagalkan Pemilu 2024.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Rycko A Dahniel memberi peringatan kepada masyarakat bahwa potensi radikalisme akan meningkat menjelang Pemilu 2024. Hal itu ia sampaikan merespons pernyataan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang menyebut radikalisme akan meningkat pada tahun 2023-2024 mendatang.
Oleh karena itu BNPT juga menghimbau masyarakat untuk mewaspadai berbagai ancaman intoleransi menjelang Pemilu 2024 yang nantinya bisa mengarah pada politik identitas.

BNPT terus memperkuat literasi digital dengan melakukan kerja sama ke berbagai manajemen platform dan provider. Hal ini sebagai upaya menjaga agar ruang publik di media sosial tidak ada narasi yang mengarah pada intoleransi dan radikalisme.

Kelompok radikal ingin menggagalkan Pemilu yang merupakan program pemerintah. Caranya dengan merencanakan pengeboman atau penyebaran hoaks dan propaganda di media sosial ketika masa kampanye. Sedangkan pemerintah, oleh mereka, menjadi pihak yang wajib dimusuhi.

Dengan kerjasama antara BNPT dengan platform dan provider maka bisa mencegah tersebarnya hoaks dan propaganda yang dibuat oleh kelompok radikal dan teroris. Kerjasama ini adalah dengan menghapus konten yang berisi radikalisme, terorisme, hoaks, dan propaganda. Ketika konten tersebut dihapus oleh pengelola media sosial, dan diharap bisa menghalau serangan dari kelompok radikal di dunia maya.

Untuk itu maka diperlukan kecerdasan literasi di dunia maya. Penyebabnya karena teror yang diluncurkan oleh kelompok radikal mulai beralih ke media sosial. Jangan asal share foto atau berita karena ada potensi hoaks. Masyarakat harus menyimaknya baik-baik dan jangan mudah percaya.

Masyarakat terus bersinergi untuk mencegah radikalisme karena Pemilu hanya tinggal beberapa bulan lagi. Caranya dengan meningkatkan kecerdasan literasi berinternet dan memberikan edukasi bagaimana cara membedakan antara berita asli dengan hoaks. Jangan sampai para teroris tertawa karena hoaks yang mereka buat membuat masyarakat antipati terhadap Pemilu.

Kemudian, masyarakat mampu berperan besar untuk menciptakan pemilu yang damai. Pemilu adalah ajang untuk memilih pemimpin dan calon legislasi baru. Jangan dijadikan tempat peperangan atau permusuhan sengit karena terlalu mendukung partai politik atau capres tertentu.

Jika ada permusuhan maka dimanfaatkan oleh kelompok radikal dan teroris untuk memprovokasi masyarakat dan mereka akhirnya banyak yang golput. Akhirnya Pemilu berpotensi gagal.

Untuk menyukseskan Pemilu 2024 maka diharap ada kerjasama dari masyarakat dengan cara memberikan suara pada hari pemilihan. Selain itu, mereka diharap membuat Pemilu damai dan tidak mudah terpengaruh oleh hoaks dan propaganda. Saat ada konten hoaks yang dibuat oleh kelompok radikal jangan dipercaya, tetapi dilaporkan ke polisi siber agar ditindaklanjuti dan dihapus.

)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara

Post Comment