Tutup WWF ke-10, Indonesia Dorong Kolaborasi Global Atasi Tantangan Pengelolaan Air
Tutup WWF ke-10, Indonesia Dorong Kolaborasi Global Atasi Tantangan Pengelolaan Air
Oleh: Muhammad Al-Ghifari Nasution
Pada perhelatan kesepuluhnya, World Water Forum (WWF) memperkuat pesannya tentang perlunya kolaborasi global dalam menangani tantangan pengelolaan air dan sanitasi yang terus mengintai.
Dalam era di mana masyarakat global semakin terkoneksi, pemecahan masalah air dan sanitasi tidak lagi dapat dianggap sebagai tanggung jawab tunggal satu negara atau entitas saja. Kolaborasi lintas batas menjadi kunci utama dalam upaya memastikan air bersih dan sanitasi yang layak tersedia bagi semua orang.
Sanitasi yang buruk tidak hanya menjadi masalah kesehatan, tetapi juga mempengaruhi kehidupan manusia dan ekosistem di seluruh dunia. Lebih dari dua miliar orang masih tidak memiliki akses ke fasilitas sanitasi yang aman, meninggalkan mereka rentan terhadap penyakit, polusi, dan kemiskinan. Di banyak negara, sanitasi yang buruk juga berkontribusi pada degradasi lingkungan, termasuk pencemaran air dan kerusakan ekosistem air tawar.
Dalam menghadapi tantangan sanitasi yang kompleks ini, WWF menegaskan bahwa solusi yang efektif memerlukan kolaborasi global yang kuat. Ini bukan hanya tentang bantuan finansial, tetapi juga pertukaran pengetahuan, teknologi, dan praktik terbaik. Kolaborasi seperti ini dapat membantu mempercepat inovasi dalam bidang pengelolaan air dan sanitasi, memperluas akses ke layanan sanitasi yang aman, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik bagi kesehatan dan lingkungan.
Tujuan utama dari WWF adalah untuk memperkuat kolaborasi dan kemitraan global dalam mencari solusi untuk tantangan air dan sanitasi. Forum ini juga memiliki beberapa tujuan turunan, antara lain meningkatkan nilai strategis air dengan membangun komitmen politik dalam pemajuan manajemen air dan sanitasi (SDGs 6), meningkatkan kesadaran tentang air sebagai isu global, dan menjadi acara multi-stakeholder untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam tata kelola air dan sanitasi.
Akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak diakui sebagai hak asasi manusia yang mendasar, dan menjadi parameter penting untuk memastikan kehidupan yang layak bagi setiap individu. Parlemen sebagai motor penggerak perubahan memiliki tanggung jawab untuk memastikan kesadaran global bahwa setiap manusia berhak mendapatkan hak tersebut.
Ketua DPR RI, Puan Maharani, mengapresiasi inisiatif Perhimpunan Air Dunia (WWC) yang telah berupaya sejak tahun 1997 untuk membangkitkan kesadaran global tentang hak atas air.
Puan juga mendukung nilai kearifan lokal diterapkan untuk melindungi konservasi dan tata kelola air. Melalui fungsi parlemen, ia menegaskan bahwa keberadaan masyarakat sipil memiliki peran yang sangat penting dalam pengadaan air bersih yang berkelanjutan di wilayah di mana mereka tinggal.
Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Putu Supadma Rudana, menegaskan pentingnya hasil dari Pertemuan Parlemen dalam rangka Forum Air Dunia ke-10 (Parliamentary Meeting on the occasion of 10th World Water Forum) untuk disampaikan kepada Dewan Pemerintahan di Inter-Parliamentary Union (IPU) dalam Sidang IPU ke-149 mendatang. Baginya, langkah ini merupakan bagian dari upaya konkret parlemen dalam mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) tahun 2030. Ia menekankan bahwa upaya ini akan berhasil jika didukung oleh kemauan politik yang kuat dari berbagai pihak yang terlibat di berbagai sektor.
Pernyataan Putu Supadma Rudana tersebut menegaskan bahwa parlemen memiliki peran yang sangat penting dalam menangani masalah air dan sanitasi, dan hanya melalui kerja sama dan kolaborasi yang kuat di semua tingkatan, tantangan ini dapat diatasi demi kepentingan bersama.
WWF ke-10 menghasilkan berbagai Ministerial Declaration yang berisi komitmen politik negara-negara peserta. Isu utama yang dibahas meliputi hak dasar mengakses air dan sanitasi yang berkualitas, koneksi antara air, makanan, energi, kesehatan, dan perubahan iklim, kolaborasi dan kemitraan dalam manajemen sumber daya air, inovasi teknologi dalam mendukung tata kelola air dan sanitasi, serta inklusifitas dalam manajemen air dan sanitasi.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Republik Indonesia, menyatakan bahwa World Water Forum ke-10 tahun 2024 memiliki potensi besar sebagai momentum untuk merancang mekanisme pendanaan bersama atau blended finance, terutama dalam pembangunan infrastruktur air dan sanitasi. Menurutnya, tantangan utama dalam upaya memperbaiki infrastruktur air dan sanitasi yang memadai adalah kebutuhan akan investasi yang besar.
Menteri Sri Mulyani menekankan bahwa dana yang berasal hanya dari pemerintah tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, upaya kolaborasi diperlukan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah setempat hingga tingkat nasional, bahkan hingga level internasional. Sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10, Indonesia telah mendorong pembentukan Global Water Fund sebagai salah satu langkah untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-6 terkait air bersih dan sanitasi.
Melalui World Water Forum ke-10, WWF memperkuat panggilan untuk tindakan bersama dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Kolaborasi yang berkelanjutan dan inklusif diperlukan untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB terkait dengan air bersih dan sanitasi.
Dalam menghadapi tantangan sanitasi global, tidak ada negara atau organisasi yang dapat berdiri sendiri. Kolaborasi global adalah kunci untuk menciptakan masa depan di mana setiap individu memiliki akses yang setara dan layak terhadap fasilitas sanitasi yang aman. Melalui upaya bersama, kita dapat mengubah paradigma sanitasi dari menjadi masalah menjadi peluang untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta melindungi lingkungan hidup kita.
)* Penulis merupakan pegiat di Bumi Hijau Institut
Post Comment