Waspada Kebangkitan HTI Manfaatkan Momen Aksi Bela Palestina

Waspada Kebangkitan HTI Manfaatkan Momen Aksi Bela Palestina

Oleh : Agustin Ibraham

Aksi Bela Palestina yang marak digelar di berbagai daerah di Indonesia patut diapresiasi sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina yang menentang pendudukan Israel. Namun, di balik aksi mulia ini, terdapat potensi bahaya yang perlu diwaspadai, yaitu kebangkitan kembali organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Isu ini selalu menjadi topik yang sensitif dan emosional di kalangan umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Aksi Bela Palestina sering kali menarik perhatian dan partisipasi besar dari masyarakat yang ingin menunjukkan solidaritas mereka. Namun, di balik semangat solidaritas ini, terdapat potensi ancaman dari kelompok-kelompok tertentu yang ingin memanfaatkan momen ini untuk agenda politik mereka sendiri, salah satunya adalah HTI.

Ketua Prodi Kajian Terorisme SKSG UI, Muhamad Syauqillah, mengatakan masyarakat perlu berhati-hati tentang kebangkitan kelompok HTI yang muncul di tengah transisi kepemimpinan 2024. Tidak boleh terlena dengan tren penurunan angka kejahatan terorisme, karena pemikiran radikalisme dan ekstremisme masih mengancam ideologi Pancasila dan keutuhan NKRI.
Perang genosida antara Palestina dan Israel yang sedang terjadi saat ini telah menimbulkan keprihatinan di seluruh dunia. Solidaritas terhadap Palestina sering kali dieksploitasi oleh HTI sebagai sarana untuk mempromosikan agendanya. Setiap hari, korban jiwa dan harta terus berjatuhan di tengah masyarakat Palestina yang menjadi pengungsi. Solidaritas dan protes terhadap Israel terus bergema di berbagai belahan dunia, dengan harapan perang yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini dapat segera dihentikan.
HTI sering kali berusaha menggiring opini publik bahwa satu-satunya solusi untuk pembebasan Palestina adalah melalui pendirian khilafah. Kelompok tersebut memanfaatkan sentimen anti-Israel dan simpati terhadap penderitaan rakyat Palestina untuk menyebarkan ideologi mereka, dengan menyatakan bahwa hanya khilafah yang mampu menghadapi kekuatan Barat dan membela hak-hak umat Islam secara efektif.
Aksi demo bela Palestina yang dipimpin oleh kelompok HTI dan pengikut khilafah terjadi di Gedung Grahadi, Surabaya. Organisasi lintas agama, budaya, dan keberagaman Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) dengan tegas mengutuk aksi kelompok tersebut. PNIB mengimbau kepada aparat keamanan Surabaya dan Jawa Timur untuk menyelidiki aksi tersebut dengan seksama, sebagaimana tindakan tegas mereka terhadap kelompok ekstremis sebelumnya
Ketua PNIB, Gus Wal mengatakan Aksi solidaritas untuk Palestina seharusnya lebih fokus pada upaya untuk mengakhiri konflik dan mencegah terjadinya tambahan korban. Bantuan kemanusiaan yang diberikan dari penjuru dunia seharusnya diarahkan untuk membantu warga Palestina yang terdampak konflik, bukan untuk kepentingan politik atau ideologi tertentu.
HTI memanfaatkan aksi-aksi besar seperti Aksi Bela Palestina untuk memperlihatkan kekuatannya dalam memobilisasi massa. Kehadiran HTI dalam aksi-aksi ini tidak hanya sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina, tetapi juga sebagai ajang untuk menunjukkan eksistensi dan pengaruh mereka di tengah masyarakat. Banner, poster, dan seruan-seruan untuk mendukung khilafah sering kali disisipkan dalam aksi solidaritas tersebut.
Beberapa kelompok ekstremis seperti HTI dan Khilafah telah mencoba memanfaatkan aksi ini untuk kepentingan tertentu. Solidaritas akan Palestina seharusnya dibangun atas dasar kemanusiaan yang sejati, tanpa terpengaruh oleh agenda politik atau ideologi yang dapat memecah belah umat manusia.
Eksploitasi isu Palestina oleh HTI dapat memicu radikalisasi di kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda yang aktif di media sosial. Narasi yang simplistis dan provokatif bisa menarik mereka untuk bergabung dengan ideologi ekstremis.
Keberadaan HTI dalam aksi-aksi besar berpotensi menciptakan polarisasi sosial dan politik. Mereka bisa memanfaatkan perbedaan pandangan terkait solusi untuk Palestina untuk memperuncing perpecahan di masyarakat dan melemahkan kohesi sosial.
Pemerintah dan organisasi masyarakat sipil perlu meningkatkan upaya edukasi dan literasi digital, terutama di kalangan generasi muda. Ini termasuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang isu Palestina dan bahaya ideologi ekstremis, serta bagaimana mengenali dan menangkal propaganda di media sosial.
Penegakan hukum yang konsisten terhadap aktivitas-aktivitas yang melanggar peraturan, termasuk aktivitas HTI, harus dilakukan tanpa pandang bulu. Namun, pendekatan yang digunakan harus tetap mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, agar tidak menimbulkan backlash atau tuduhan bahwa pemerintah mengekang kebebasan sipil.
Momen aksi bela Palestina memang penting untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Namun, kewaspadaan terhadap upaya kelompok seperti HTI yang memanfaatkan momen ini untuk agenda politik mereka sendiri harus tetap dijaga. Dengan pendekatan yang strategis dan berimbang, pemerintah dan masyarakat dapat bersama-sama menjaga stabilitas dan keamanan nasional sambil tetap mendukung perjuangan rakyat Palestina secara tulus dan konstruktif.
Aksi Bela Palestina harus tetap fokus pada tujuan utamanya, yaitu mendukung rakyat Palestina dan menentang pendudukan Israel. Jangan sampai aksi mulia ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa dan merongrong stabilitas negara.

)* Kontributor Persada Institute

Post Comment