Waspadai Hoax Polisi Masuk Tempat Ibadah di Sumbar

Waspadai Hoax Polisi Masuk Tempat Ibadah di Sumbar

Oleh : Irfan Chaniago

Seluruh pihak hendaknya harus mampu meningkatkan kewaspadaan diri mereka masing-masing, utamanya ketika menangkal isu berita bohong atau hoaks yang dengan sangat mudah tersebar di media sosial pada era saat sekarang. Salah satunya adalah mengenai hoaks terkait polisi yang dikabarkan masuk ke dalam masjid di Sumatera Barat dengan memakai alas kaki (sepatu) dan melakukan penangkapan pada para pendemo, padahal seluruh berita itu tidaklah benar adanya.

Sempat beredar sebuah video yang memperlihatkan bagaimana sejumlah polisi disebut diduga telah masuk ke dalam suatu ruangan di masjid dengan mengenakan sepatu. Kemudian, dari narasi yang beredar luas di masyarakat, bahwa polisi tersebut sedang melakukan pengamanan aksi unjuk rasa warga asal Nagari di Desa Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat di Masjid Raya, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).

Dalam video yang beredar itu pula nampak sejumlah warga yang sedang duduk di salah satu ruangan (aula), yang mana di sana memang terdapat alas lantai mirip dengan sajadah berwarna merah yang biasanya digunakan di masjid pada umumnya. Kemudian ketika aparat polisi masuk, warga terlihat berhamburan keluar.

Masih dalam video yang banyak beredar itu, kemudian diframing oleh sejumlah pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dalam video tampak sejumlah polisi masuk menggunakan sepatu dan menginjak-injak alas lantai itu serta meminta warga supaya keluar dari ruangan tersebut, dengan salah satu polisi memegang tongkat komando.

Terkait dengan adanya video itu, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Barat, Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Suharyono yang didampingi oleh pengurus Masjid Raya Sumbar Yuzadi Ma’ad memberikan penjelasan bahwa ruangan yang viral di media sosial tersebut bukanlah masjid, melainkan itu merupakan aula yang memang biasa digunakan oleh masyarakat umum.
Yuzardi secara tegas dan jelas menyatakan bahwa meski memang terdapat alas lantai seperti sajadah berwarna merah di sana, itu bukanlah ruangan untuk sholat, tapi sebuah aula yang memang terletak di lantai dasar masjid.
Karpet berwarna merah sebagaimana yang terlihat dalam video juga telah ditambahi oleh bumbu framing menyesatkan, ternyata karpet yang ada di sana adalah bekas alas tidur dan bukan merupakan sajadah yang digunakan untuk sholat atau beribadah.

Aula yang terletak di lantai dasar masjid itu memang diperuntukkan sebagai tempat istirahat para peserta aksi demonstrasi warga asal Nagari Desa Air Bangis di Kabupaten Pasaman Barat. Pihak pengurus Masjid Raya Sumatera Barat mengaku bahwa dirinya merasa sangat terpanggil untuk bisa secara langsung memberikan penjelasan akan bagaimana situasi yang sebenarnya terjadi supaya tidak lagi timbul fitnah yang jauh lebih luas ke masyarakat. Bahkan pada saat kejadian tersebut berlangsung, Yuzardi berada di lokasi sehingga dirinya mengetahui secara persis seperti apa situasi sebenarnya saat itu.
Sementara itu, Irjen Pol Suharyono menjelaskan bahwa pihaknya telah memulangkan warga Pigogah Nagari Air Bangis yang sudah selama 6 (enam) hari lamanya melaksanakan unjuk rasa di Kota Padang dan sama sekali tidak ada yang ditahan dari kejadian tersebut. Menurutnya, seluruh rangkaian kegiatan unjuk rasa itu berlangsung dengan aman dan terkendali, seluruh masyarakat yang tidur dan menginap sementara di Masjid Raya juga sudah dipulangkan semua bahkan juga dikawal oleh Patroli Jalan Raya (PJR), Brigade Mobile (Brimob) dan Samapta serta aparat keamanan juga memastikan kondisi yang kondusif sampai ke Pasaman Barat.
Pengamat Media Sosial dari Komunikonten, Hariqo Satria menyatakan isu hoaks tersebut yang menjadi viral di masyarakat memang menjadi tanggung jawab dari pemilik akun itu sendiri (pengunggah). Terlihat dengan sangat jelas bahwa dengan melakukan penyebaran berita bohong, pengunggah sama sekali tidak memiliki dan tidak mengindahkan adanya tanggung jawab moral terhadap apa yang mereka unggah padahal memiliki dampak yang cukup signifikan di tengah masyarakat. Satria mengaku sangat prihatin dengan cara masyarakat bermedia sosial saat ini.
Banyaknya berita atau isu yang beredar di tengah masyarakat, apalagi pada jaman keterbukaan informasi seperti sekarang ini, penggunaan media sosial sangat bebas untuk diakses oleh siapapun dengan tanpa adanya filterisasi yang baikHal ini tentunya akan menjadi sangat rawan bagi masyarakat untuk termakan akan adanya isu hoaks atau berita bohong.
Penyebaran berita bohong atau hoaks saat ini sangat mudah dilakukan dengan luas dan semakin terbuka di ruang digital serta media sosial. Masyarakat dituntut untuk jauh lebih mampu meningkatkan kewaspadaan diri mereka masing-masing agar tidak mudah terprovokasi begitu saja, dan melakukan pengecekan atau validitas terhadap informasi yang mereka terima. Contoh yang paling nyata adalah isu hoaks mengenai polisi yang masuk ke masjid dengan menggunakan sepatu dan melakukan penangkapan terhadap para pendemo di Sumatera Barat.

)* Penulis adalah kontributor Duta Media

Post Comment